Brilio.net - Kalau kamu main ke sentra olahan belut kamu bakal menemui Mbak Atin, pemilik Warung Lesehan Pendopo yang menyajikan berbagai menu belut seperti rica-rica belut, sambal belut, gulai belut, serta spagheti belut.

Sebelum membuka lapak di sentra olahan belut di Jalan Godean Sleman, perempuan asli Jogja ini sudah membuka warung lesehan di pinggir jalan dekat Pasar Godean. Setelah memenangi Festival Belut pada Januari 2015 lalu, Mbak Atin resmi pindah ke sentra olahan belut yang tak jauh dari Pasar Godean tersebut. Di warungnya ini, 1 kg belut bisa diolah menjadi 10-13 porsi.

Ketertarikan perempuan dua anak ini pada kuliner belut berawal dari kesenangannya memasak. Dia mengaku bisa mengidentifikasi dengan mudah bumbu-bumbu yang dipakai dalam suatu masakan ketika sudah mencicipi sedikit saja. "Saya memang seneng masak kok mas, pekerjaan kalau kita senangi bisa dinikmati dan nggak terasa berat. Tapi sebetulnya ringan beratnya pekerjaan tergantung dari kitanya bisa nikmatin apa nggak," tuturnya pada brilio.net pada Selasa (26/5).

Kisah Atin, dari karyawan bangunan kemudian juara festival belut

Jauh sebelum memutuskan menggeluti bisnis kuliner ini, Mbak Atin sudah merasakan pahit manis kehidupan. Dirinya sempat bekerja selama 15 tahun di toko bangunan sebagai 'arsitek'.

"Saya sering bikin desain kamar mandi, ngitung berapa keramik yang diperlukan. Itu kerjaan saya dulu. Banyak yang kalau mbangun rumah ngobrolnya sama saya, sudah pada percaya sama saya, ya meskipun nggak pakai aplikasi di komputer kayak arsitek beneran. Saya bikin gambarnya cuma oret-oret kertas pakai cara saya sendiri," aku Mbak Atin.

Dari sini, Mbak Atin belajar menghadapi orang banyak dengan berbagai karakternya. "Kalau ngadepin 100 orang caranya 100 macam juga. Saya sudah tau menghadapi orang yang 'susah'. Sesekali kita bakal ketemu yang kayak gitu dan mesti bisa ngadepinnya," ujarnya.

Perempuan yang mengkoordinatori perkumpulan ibu-ibu di kampungnya ini juga pernah mengenyam pekerjaan lain yaitu pelayan di beberapa toko. Di Jogja Mbak Atin sempat bekerja di salah satu toko terkenal di Jogja ketika awal-awal berdiri sehingga dia kenal dekat dengan pemiliknya. Sempat pula di pabrik tekstil di Jawa Tengah, lalu ke Bandung menjaga butik, serta di toko mas. Dia mengaku punya kemampuan marketing yang baik karena pada dasarnya suka bicara serta bercerita.