Brilio.net - Kesetiaan Yudohartono kepada Keraton Yogyakarta tidak perlu diragukan. Pria kelahiran 1945 asal kampung Berbah, Piyungan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta ini sudah sejak tahun 2003 menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta. 

Oleh Sultan, dia diberi tugas untuk menjadi penjaga dalam komplek museum lukisan di dalam Keraton Yogyakarta. Hal tersebut dilakoninya sebagai wujud kecintaanya kepada Keraton Yogyakarta. Dalam bekerja, dia bergantian dengan 10 kelompok lainnya. Dalam sebulan, Yudo bekerja hanya 3 kali. 

Sejak diberi gelar Mas Bekel Enom (MBK) oleh Sultan, mbah Yudo hanya digaji sebesar Rp 15.000 per bulan. Meski begitu, Yudo menganggap kecilnya gaji ini bukan halangan untuknya terus bekerja. Sejak awal dia sudah bertekad untuk tulus dan ikhlas tanpa mengharapkan apapun.

“Sepi ing pamrih, rame ing gawe”, begitu pepatah Jawa yang menjadi acuan Yudo dalam menekuni pekerjaanya sebagai abdi dalem. “Saat menjadi abdi dalem, bukan mengharap imbalan tetapi fokus kepada apa yang kita kerjakan karena kecintaan dan ketulusan kita.

Saya sudah madhep-marep-mantep untuk mengabdi, jadi sudah bukan berapa gaji yang saya pikirkan. Tetapi adalah wujud kecintaan terhadap Sultan dan Keraton,” ungkapnya.

 Menentramkan hati, memberi kenyamanan dan ikhlas tanpa mengharap pamrih adalah pola hidup semeleh menurut Yudo. Pola hidup tersebut baru dirasakannya ketika menjadi abdi dalem.

Ada cerita unik yang Yudo ceritakan kepada brilio.net tentang uang gaji dari Keraton tersebut. “Pernah mas uang gaji saya ini mau ditukar Rp 100.000 oleh pengunjung, katanya mau punya duit berkah raja,” ujarnya.

 Yudo sendiri menganggap uang tersebut sebagaai “uang babon ( induk )”. “Jadi jika uang tersebut kita jaga, akan ada saja rezeki yang datang kepada kita entah dari mana datangnya.”