Brilio.net - Cobaan hidup memang tidak ada yang menyangka. Bahkan bermaksud baik saja bisa menjadi "target" korban bagi orang lain. Begitulah yang dirasakan oleh Risma Andara (26). Dia tidak mengira kasus penipuannya telah membuat hidupnya porak poranda.

Pada 2014, lulusan jurusan Ilmu Pemerintahan ini bertemu dengan Bri Atmojo. Dia merupakan seorang makelar lahan dan mengajak Risma untuk join bisnisnya. Benar memang, dalam beberapa bulan, sudah mengumpulkan pundi-pundi uang yang lumayan besar.

Mendengar kabar tersebut, keluarganya pun tertarik untuk gabung. Seperti gayung bersambut, Bri menawarkan bisnis yang menggiurkan. "Katanya ada investor China yang mau beli, tapi sertifikat harus ada dulu," tuturnya kepada brilio.net melalui sambungan bebas pulsa 0800-1-555-999, Kamis (10/12).

Risma menuruti apa yang dikatakan Bri. Dia berhasil mengumpulkan 27 hektar tanah. Selain itu, dia juga mengucurkan Rp 208 juta untuk biaya sertifikasi tanah. "Total biayanya Rp 408 juta, keluarga sudah nyetor Rp 200 juta," tegasnya.

Semua dana dikumpulkan ke Bri untuk mengurus sertifikat tanah. Katanya 1,5 bulan, sertifikat akan jadi. Lebih dari dua bulan, tidak ada kabar. Pihak keluarga pun mulai panik dan menginginkan uangnya kembali.

Memang benar, dia ditipu oleh Bri. Bahkan KTP dan juga berkas-berkasnya Bri semuanya palsu. Meski sudah dilaporkan ke polisi, hasilnya tetap nihil.

Mau tidak mau, dia harus mengembalikan uang tersebut kepada pihak keluarganya. "Semua harta saya termasuk harta warisan saya jual, meski tidak cukup," tandasnya.

Tragisnya lagi, sang mertua memaksa dia untuk menceraikan suaminya. Untung saja sang suami tetap berada di sisi Risma.

Karena kisah pahit ini, dia mencoba bunuh diri 15 kali, tetapi gagal semua. "Saat mencoba bunuh diri, selalu muncul wajah suami dan orangtua," kenangnya.

Bagian yang paling parah adalah dia diusir dari kampungnya sendiri. Semua warga sudah tidak percaya sama dia. "Untuk pergi ke Bangka Belitung (tempat tinggalnya sekarang) saya harus jual maskawin," akunya. Pada bulan Agustus 2014, dia resmi meninggalkan kota kelahirannya.

Badai itu berlalu, setelah tujuh bulan di tanah orang, dia sudah berhasil melunasi utang tersebut. Bahkan kini pasangan yang menekuni bisnis butik pakaian ini sudah memiliki rumah sendiri.