Brilio.net - Langkanya sumber energi alam dan semakin naiknya harga BBM membuat semaki banyak orang beralih ke energi alternatif. Upaya pencarian sumber energi alternatif pun terus dikembangkan. Seorang alumni fisika Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Jawa Timur, Ardhy Purwo Nugroho mengembangkan bahan bakar alternatif berbasis bioetanol dari sampah buah-buahan untuk mewujudkan desa mandiri energi.

Bioetanol sendiri adalah alkohol (etanol) yang diperoleh dari proses fermentasi bahan nabati yang berzat gula (molasse, gula aren, sampah buah), pati (singkong, gadung, sagu) dan sellulosa (jerami, rumput laut, pelepah pisang, sampah sayuran). Bioetanol bermanfaat sebagai bahan bakar alternatif memasak dan bisa dibuat campuran bahan bakar kendaraan yang ramah lingkungan. Selain itu harganya jauh lebih murah dan lebih aman karena resiko meledak kecil jika dibandingkan dengan LPG.

Pria berusia 23 tahun ini awalnya mengaku kesulitan untuk menentukan bahan baku dasar apa yang digunakan sesuai dengan ketersediaan dan ekonomisnya. Awalnya Ardhy memilih menggunakan air kelapa, namun setelah diproses ternyata hasilnya belum efisien dan ekonomis.

Dia juga pernah mencoba memakai bahan bakar molasse namun lagi-lagi gagal karena stoknya yang terbatas dan harga cukup tinggi. "Akhirnya saya sekarang fokus pada bahan baku sampah terutama buah-buahan," ungkap Ardhy kepada brilio.net. "Saya merasa ini lebih prospektif secara keekonomian sekaligus bisa ikut serta menyelesaikan permasalahan sampah di masyarakat."

Inspiratif, bikin desa mandiri energi berkat bahan bakar dari buah

Hasil penelitian pria asal Kediri, Jatim ini sudah mulai diwujudkan di masyarakat luas melalui program Desa Mandiri Energi (DME). Program ini sejalan dengan permen ESDM No.32/2008 dengan konsep "Dari, Oleh, dan Untuk Rakyat". Target dari DME ini sendiri adalah mengenalkan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif selain gas LPG dan minyak tanah.

"Saya memulai mewujudkannya di desa saya sendiri yaitu Desa Kedungmalang, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri," tutur Ardhy. "Saya memilih desa saya sendiri karena mengetahui dan terbiasa dengan sumber daya alam disana dan sosial budaya masyarakatnya sehingga lebih mudah promosi."

Tentor fisika ini menuturkan, caranya berpromosi ke warga sekitar adalah dengan memberi contoh dari diri sendiri. "Di rumah saya menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar untuk memasak, dari situ lalu diceritakan ke tetangga-tetangga sekaligus menerangkan kelebihannya. Akhirnya mereka tertarik untuk ikut mencobanya," tambah Ardhy.

Kedepannya Ardhy ingin mengembangkan penemuannya ini ke desa lain-lainnya di seluruh Indonesia. Kebetulan saat ini dia dan kelompok fisika Unair tengah menggagas rencana pengembangan desa mandiri energi di Kepulauan Sapeken, Sumenep, Jawa Timur.

Inspiratif, bikin desa mandiri energi berkat bahan bakar dari buah