Brilio.net - Namaku Anna Mustafidah (21), teman-teman biasa memanggilku Anna. Jumat pekan lalu aku mendapat kabar bahwa Aji, salah satu teman dekatku di Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) akan pulang kampung ke Jambi. Kontan aku mendadak bingung mendengar kabar itu. Pasalnya sekarang aku sudah sangat jarang atau malah tak pernah sempat lagi untuk mampir ke sekretariat Mapala sejak mulai bekerja dalam proyek Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA), Malang sebagai drafter. Aku ingin melarangnya pulang sebelum sempat mengadakan acara perpisahan.

Beruntung, sore harinya Aji (22) mengabarkan bahwa dia menunda kepulangannya. Aji memintaku untuk mengumpulkan teman-teman yang lain selepas Isya. Kuraih ponselku dan sejurus kemudian aku menghubungi Jurist (21) salah seorang temanku yang masih aktif di Organisasi Pecinta Alam Ganendra Giri Politeknik Negeri Malang. Kabar yang kudapat, ternyata mereka sedang mempersiapkan survey untuk diklat lapang di Coban Talun. Dwiki (21), temanku yang lain sudah berangkat lebih dulu ke lokasi. Kemudian aku sempat bingung hingga meneteskan air mata karena sahabat-sahabatku tak dapat berkumpul.

Tak lama berselang Jurist malah mengabarkan jika ternyata Aji juga akan ikut survey. Kebingunganku pun makin berlipat, karena aku masih harus bekerja di hari Sabtu. Setelah berpikir keras, akhirnya kuputuskan untuk ikut serta dalam survey tersebut. Kami pun berangkat pada pukul sembilan malam dengan berboncengan motor. Sepanjang perjalanan kami asyik bertukar cerita. Aji juga menitipkan pesan kepada teman-teman yang masih belum lulus untuk bisa ikut aktif dalam kegiatan mapala.

Bahagia itu sederhana. Malam itu kami bersama-sama menikmati 'off road' yang sangat seru sepanjang perjalanan. Menaiki gunung dengan motor matic sampai tujuan. Beruntung Aji berasal dari daerah yang mayoritas hutan, sehingga aku tak perlu khawatir dengan medan yang kami lalui. Bahkan anak-anak yang lain sempat tertinggal jauh di belakang karena 'jam terbang' Aji yang sudah tinggi.

Akhirnya sekitar pukul 11 malam kami sampai di tujuan. Mujur bagi aku dan Firda (22), ada satu tenda yang sudah siap lantaran Dwiki sudah berangkat lebih dulu. Sementara aku dan Firda beristirahat sambil bercengkrama di tenda, teman-teman yang lain sibuk mendirikan tenda sambil menikmati kopi dan camilan.

Keesokan paginya aku begitu bersemangat dan bahagia karena bisa kembali menghabiskan waktu bersama teman-teman yang kusayangi. Dengan antusias aku merekam momen pagi itu, di saat beberapa di antara teman-temanku sudah mulai beraktivitas dan sisanya masih terlelap dalam mimpi.

Setelah bersiap-siap dan berdoa mereka kemudian berpencar menjadi beberapa kelompok. Aku dan Firda yang masih berada di basecamp kemudian sibuk memasak, menyiapkan makanan untuk kami semua. Takut nasinya tak matang karena gas menipis, kami berinisiatif menggunakan kayu bakar.

Setelah semua kelompok kembali kami memulai acara makan bersama. Asyiknya lagi, kami pun makan sepiring bedua. Selesai makan kami melanjutkan tugas yang tersisa untuk persiapan diklat lapang dan dilanjut dengan packing sebelum memulai perjalanan pulang. Aku dan Aji bahkan sempat mampir ke penangkaran lutung Jawa yang ada di Coban Talun sembari menunggu teman-teman yang masih tertinggal di belakang. Meskipun diiringi hujan dan kami tak membawa jas hujan, kami tetap bahagia menikmati keseruan sepanjang perjalanan pulang.

Seru ya, kisah Anna bersama para sahabatnya. Kamu juga punya kisah bareng sahabat? Jika punya ayo ceritakan pada kami.

Cerita ini disampaikan Anna Mustafidah melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!