Brilio.net - Tenun merupakan salah satu kerajinan khas Indonesia yang saat ini sudah mulai tergerus oleh zaman. Bayangkan saja, sekarang jumlah penenun mungkin sudah bisa dihitung jari dan hanya dapat ditemui di daerah tertentu saja. Belum lagi alat tenun tradisional sudah terganti dengan mesin-mesin modern.

Namun, kondii semacam ini tak menyurutkan semangat Mbah Hadi. Nenek 60 tahun ini tetap semangat menghabiskan waktu sehari-harinya di balik alat tenun.

Pagi itu, Minggu (31/6) saat ditemui brilio.netdi rumahnya Kelurahan Sumberrahayu, Kecamatan Moyudan, Sleman, Mbah Hadi tampak sedang sibuk menenun. Tiap harinya dia selalu mulai menenun sejak pagi dan terkadang istirahat sejenak melakukan aktivitas lain. "Ini tadi bangun tidur terus saya nenun ini. Ya saya seperti ini aktivitasnya setiap hari. Ini saja sebenarnya badan agak pegel-pegel, kemarin habis suntik (berobat) juga," cerita Mbah Hadi.

Mbah Hadi mengaku dalam dua hari dia bisa membuat satu kain stagen dari alat tenunnya. Satu stagen dengan panjang 10 meter tersebut dapat selesai dengan cepat bila memang tidak disertai dengan aktivitas lain. Kemudian dalam pemasarannya sendiri, Mbah Hadi menitipkannya pada salah satu anaknya yang memang pedagang untuk kemudian dijual pada konsumen.

Satu stagen ukuran 10 meter biasanya dihargai Rp 10.000 sampai Rp 20.000. Tidak terlalu banyak hasilnya memang, jika dilihat dari waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk membuat tiap kainnya. Biasanya penghasilan yang didapat digunakan untuk belanja kebutuhan sehari-hari. Meskipun jumlah penghasilan tak stabil, namun Mbah Hadi tetap bersyukur atas penghasilannya tersebut. Dia pun berpesan agar jangan lupa untuk selalu senyum dan perbanyak tertawa.