Brilio.net - Menjadi difabel membuat seseorang harus menemui berbagai kendala dalam melakukan berbagai kegiatan. Salah satu kendala yang dihadapi adalah kesulitan untuk bepergian ke suatu tempat. Tapi bagi difabel yang tinggal di Yogyakarta, hal itu tak perlu dirisaukan lagi. Kini telah hadir ojek yang ramah untuk para penyandang disabilitas. Tak hanya itu, pengendara ojek tersebut juga merupakan difabel, lho!

Triyono(34), perintis ojek yang diberi nama Difa City Tour and Transport menerangkan, ide untuk membuat ojek roda tiga ini muncul karena keinginan para difabel menjadi pengemudi ojek berbasis aplikasi, Go-Jek. Tapi karena beberapa hal, mereka tak diterima menjadi pengemudi Go-Jek.

"Saya lantas berpikir untuk membuatkan ojek khusus yang dikemudikan para difabel," kata Triyono kepada brilio.net, Selasa (15/3).

Setelah membuat prototype ojek dengan penambahan tempat duduk di sebelah kiri pengemudi, Triyono langsung menawarkan konsepnya itu ke berbagai peusahaan untuk mencari bantuan Corporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya, sejak diluncurkan Juni tahun lalu, kini sudah ada 15 armada Difa yang melayani para penumpang. Hampir 80 persen penumpang ojek Difa adalah para difabel. Sisanya para warga biasa yang memang lebih nyaman menggunakan Difa.

Triyono Ojek Difabel © 2016 brilio.net

Hingga saat ini, ojek Difa masih berjalan berdasarkan pesanan yang masuk. Namun, tak lama lagi, Difa akan beroperasi dengan aplikasi Android dan iOS layaknya Go-Jek dan ojek berbasis aplikasi lainnya.

Tarif yang harus dikeluarkan untuk naik Difa pun terbilang murah. Untuk antar-jemput dalam kota Yogyakarta, penumpang cukup membayar biaya Rp 20 ribu. Sementara untuk luar Yogyakarta dikenakan tarif berdasarkan jarak. Tak hanya melayani ojek reguler, Difa juga melayani jasa kargo atau pengangkutan barang dan juga tour.

"Banyak sekali para difabel yang menggunakan jasa Difa untuk tour keluarga," kata lulusan Universitas Sebelas Maret (UNS) jurusan Peternakan ini.

Selain 15 armada yang sudah dijalankan oleh para tukang ojek yang juga difabel, sudah banyak para difabel lain yang melamar dan masuk dalam waiting list.

"Sudah banyak juga perkumpulan difabel dari kota lain seperti Semarang, Solo, dan Bali yang menghubungi saya untuk bisa mengembangkan Difa sampai sana," kata Triyono yang difabel karena polio sejak balita ini.