Brilio.net - Pertunjukan orkes dangdut sangat akrab di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di Jawa, termasuk di Jepara, Jawa Tengah. Namun begitu, pandangan miring juga melekat pada pertunjukan yang sering menyuguhkan biduan seksi ini, misalnya rentan terjadi bentrok antarpenonton, potensi minum minuman keras, kasus pencurian sepeda motor, bahkan sampai kasus kehilangan nyawa.

Seperti yang terjadi pada bulan Oktober 2015 lalu, orkes dangdut di Desa Purwogondo, Kalinyamatan, Jepara memicu bentrokan antarpenonton yang berakhir dengan meninggalnya salah seorang penonton bernama Nur Hidayat (20). Dengan adanya kasus ini, pihak keamanan, yakni kepolisian Jepara memberlakukan peraturan baru terkait penyelenggaraan orkes dangdut.

Menurut Ahmad, nama samaran, asal Blingoh, Donorojo, Jepara, aturan tersebut salah satunya berisi bahwa penyelenggaraan orkes harus pada siang hari. Kalaupun diadakan pada malam hari, tidak boleh pada pukul 20.00-23.00 sebagaimana yang telah sering berlangsung selama ini, melainkan harus pukul 19.00-22.00.

BACA JUGA: Gokilnya gaya orang Papua nyanyikan lagu dangdut berbahasa Jawa

"Saya nggak setuju dengan adanya peraturan macam itu. Jam tujuh itu waktunya anak-anak belum pada tidur, takutnya malah ikutan nonton. Selain itu bagi yang Islam, baru pas salat Isya. Nggak tepat aja penerapan aturan baru itu bagi saya," kata Ahmad kepada brilio.net melalui layanan story telling bebas pulsa ke 0-800-1-555-999, Sabtu (30/1).

Pria yang masih kuliah semester empat di jurusan Public Relations Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo, Jawa Tengah ini mengaku memang sangat menggemari pertunjukan orkes sejak remaja. Bersama kawan-kawannya satu desa yang tergabung dalam komunitas bernama Texos, terinspirasi dari nama Kota Texas di Amerika Serikat, Ahmad kerap menjadi panitia penyelenggaraan orkes dangdut, baik untuk acara peringatan kemerdekaan, perayaan ulang tahun, maupun ketika lebaran. Tak jarang dia hanya menjadi penikmat saat menonton orkes dangdut di desa lain.

Meskipun keberatan dengan aturan baru jam pertunjukan orkes dangdut, Ahmad masih belum berani mengajukan pemikirannya ini kepada pihak keamanan, dalam hal ini pihak keamanan desa seperti hansip yang merupakan pihak keamanan paling dekat dengan masyarakat desa ketika ada acara akbar berlangsung.

"Sejauh ini sih, masih cerita ke teman-teman. Teman-teman ya, nggak setuju semua. Jadi, kami kontra dengan pihak keamanan dan perangkat desa yang tentu saja mendukung aturan tersebut," ujarnya.

Dan, terkait pandangan miring terhadap acara orkes dangdut, Ahmad membenarkan.

"Ya, kasus-kasus bentrok begitu sih, ada. Tawuran dan minum minuman beralkohol gitu ada. Tapi kalau saya pribadi jujur, selama ini hanya sekali minum, itu pun dipaksa teman. Setelah itu nggak mengulangi lagi. Bagi saya, orkes dangdut itu hiburan buat anak muda di desa saya maupun desa-desa lain di Jepara," pungkas pria anak tengah dari tiga bersaudara ini mengakhiri cerita.

Cerita ini disampaikan oleh Ahmad melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!