Brilio.net - Bagi masyarakat Indonesia, komik Gundala Putra Petir cukup melegenda. Gundala Putra Petir hadir menghibur anak-anak dan remaja mulai tahun 1969 hingga 1982. Komik superhero asli Indonesia itu bercerita tentang Sancaka yang mempunyai kekuatan petir. Selama sekitar 14 tahun, Gundala hadir dalam 23 judul. Setiap judulnya bisa memuat satu hingga dua belas jilid.

Saat itu, kisah superhero khas Indonesia itu sangat digandrungi. Gundala bersama Godam ciptaan Wid NS merajai perkomikan superhero saat itu. Lalu kenapa bisa komik superhero Indonesia itu terhenti?

Gundala Putra Petir terpaksa 'mati' karena pesanan komik Pak Harto

Gundala Putra Petir terpaksa 'mati' karena pesanan komik Pak Harto

Saat dikunjungi brilio.net, Kamis (20/11), Harya Suraminata sang kreator komik Gundala menceritakan jika saat itu merupakan masa kejayaan komik asli Indonesia. Kesuksesan Gundala dan Godam diikuti oleh banyak komik superhero lainnya. Kesuksesan itulah yang akhirnya membuat Presiden Soeharto tertarik untuk dibuatkan komik figuratif.

"Saat itu saya baru selesai membuat judul terakhir Surat dari Akhirat jilid yang pertama. Rencananya mau 12 jilid, tapi keburu ada berita dari Istana Negara itu," cerita Hasmi, panggilan akrab Harya Suraminata.

Saat itu, lanjut Hasmi, Presiden Soeharto memesan komik figuratif kepada komunitas komiknya yang dimotori oleh Wid NS dengan tokoh utama Soeharto saat Serangan Umum 1 Maret 1949. Karena itu proyek besar yang tak bisa ditolak, Hasmi dan komikus lainnya akhirnya menghentikan aktivitasnya dalam menciptakan komik yang telah ada. "Lanjutanya tidak saya ceritakan gimana, tapi intinya ini berlangsung 2 tahun," terang Hasmi.

Gundala dan beberapa komik lainnya akhirnya terhenti karena ditinggal oleh sang kreatornya untuk membuat komik figuratif tersebut. Untuk melanjutkan komik Gundala, akhirnya Hasmi memberikan rekomendasi kepada penerbit supaya kisah Gundala tersebut dilanjutkan oleh seorang komikus lain yang merupakan kawannya. Oleh dia, Gundala rencananya akan diselesaikan sampai jilid keduabelas, tapi ternyata terhenti hanya pada jilid keenam judul terakhir tersebut. Sejak saat itu, maka selesailah Gundala dalam wujud buku komik.

Entah apa sebabnya, aku Hasmi, sekitar tahun 1986 banyak penerbit yang menghentikan aktivitasnya. Para komikus sebenarnya masih banyak yang hidup, tapi sudah kesulitan untuk menerbitkan komik lagi. Mereka lalu mencari jalan lain untuk tetap berkarya, salah satunya dengan memasukkan komik ke media cetak.

"Saat itu Gundala masih bisa terbit di Jawa Pos sekitar dua bulan," ungkapnya.

Komik Indonesia bisa dikatakan benar-benar lenyap setelah tahun 1988. Hingga akhirnya posisi komik asli Indonesia tergantikan oleh komik manga mulai awal tahun 1990-an hingga saat ini.