Brilio.net - Respon Jokowi atas peristiwa serangan teroris pada Kamis (14/1) kemarin di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat pada Kamis (14/1) kemarin  menarik perhatian dunia. Peristiwa tersebut setidaknya menyebabkan tujuh orang meninggal dunia dan korban cedera sebanyak 24 orang. Reaksi Jokowi membuat media asing membandingkannya dengan peristiwa serangan teroris di Paris, Prancis pada 13 November 2015 silam.

Jokowi langsung mendatangi lokasi kejadian selang empat jam usai peristiwa. Padahal sebelumnya kepala negara sedang melakukan kunjungan kerja di Cirebon, Jawa Barat. Respon cepat Jokowi inilah yang mencuri perhatian dunia. (Baca juga: Tinjau langsung lokasi kejadian, Jokowi banjir pujian Netizen)

Pascakejadian, Jokowi juga langsung memberikan respon melalui pernyataan sikapnya. Jokowi memerintahkan Kapolri dan Menkopolhukam untuk mengejar dan menangkap sampai ke jaringan-jaringan pelaku teror tersebut.

Dilansir brilio.net dari theatlantic.com, Sabtu (16/1) Respon Jokowi yang sangat penting tersebut lebih pas dibanding apa yang dilakukan oleh pemerintah Prancis beberapa waktu lalu. Tak hanya  mengutuk para pelaku atas serangan yang terjadi, Jokowi juga meminta masyarakat Indonesia tidak boleh takut serta situasi akan terkendali. Jokowi tampak lebih berfokus menangkal adanya dampak yang memang menjadi tujuan utama teroris dengan menyebar ketakutan.

Berbeda dengan reaksi  Presiden Prancis, Francois Hollande terhadap serangan ISIS di Paris tahun lalu. Presiden Prancis baru mengeluarkan pernyataan bahwa "Prancis sedang berperang" tiga hari pascakejadian.  Hollande membuat beberapa poin yang sama dengan Jokowi lakukan, mendesak masyarakat tenang, dan mengekspresikan kepercayaan pemerintah Prancis dan orang-orang untuk menang melawan pelaku.

Baca juga: Curhatan anak polisi penyergap pelaku teror Sarinah ini bikin mewek!

Namun dalam seruan serangan udara meningkat terhadap ISIS di Suriah dan Irak, status negara darurat di Prancis diperpanjang. Selain itu aparat keamanan nasional juga diperluas. Francois Hollande mengemas perlawanan tersebut lebih epik dan mengerikan daripada yang Indonesia lakukan pada Kamis kemarin.

"Inilah yang Jokowi hilangkan: Dia tidak menyatakan bahwa Indonesia sedang berperang dengan Negara Islam, Islam radikal, atau terorisme. Dia tidak menunjukkan masa depan Indonesia sedang dipertaruhkan. Dia tidak memberikan peringatan," seperti yang ditulis theatlantic.com, Sabtu (16/1).

Jokowi tinjau langsung lokasi kejadian peledakan Sarinah. Foto: Setkab.go.id

Sebagai informasi peristiwa di Prancis menyebabkan 130 warga sipil meninggal dunia, sedangkan di Jakarta tujuh orang. Sebelumnya, Prancis juga mengalami tragedi serangan Jihad di Charlie Hebdo sedangkan Indonesia tidak mengalami serangan besar teroris yang besar sejak 2009. Prancis merupakan anggota dari koalisi militer pimpinan Amerika Serikat terhadap ISIS sedangkan Indonesia tidak.

Kekhawatiran yang sedang melanda Indonesia dengan penduduk Muslim terbesar di dunia yaitu, ISIS secara agresif mencoba untuk merekrut pendukung di sini. Edward Delman telah mencatat, Indonesia juga memiliki sejarah panjang dan kelam dengan aktivitas jihad, yang membentang dari deklarasi Darul Islam dari sebuah "negara Islam" pada tahun 1949 untuk pemboman dahsyat Jemaah Islamiyah di Bali pada tahun 2002, dan seterusnya.

BACA KISAH SAAT JOKOWI NAIK MOTOR SETELAH SERANGAN TERORIS, KLIK NEXT

2 dari 2 halaman

Jokowi saat aksi terorisme di Solo

Salah satu catatan yang paling diingat tentang Jokowi dalam menghadapi aksi teror bisa ditarik mundur pada 2012. Saat itu terjadi penyerangan terhadap pos polisi pos pengamanan Lebaran di Gladak, Polresta Solo berupa pelemparan bahan peledak yang diduga bom. Ledakan diduga bom dari sebuah barang dilempar pelaku ke pos pam Polisi di dekat bundaran Gladak pada hari Sabtu (18/8/2012) sekitar pukul 23.32 WIB.

Menurut Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in, Minggu (19/8/2012), granat yang dilempar orang tak dikenal berjumlah satu buah. Meski tak sampai melukai enam anggota polisi yang berjaga-jaga di Pospam, akibat letusan tersebut sempat merusak satu kursi di Pospam, disebutkannya granat berdaya ledak rendah.

Setelah peristiwa tersebut, Jokowi yang menjabat sebagai wali kota Solo memantau dengan mengendarai motor sendirian tanpa pengawal tanpa wartawan.

Saat menyampaikan komentar di hadapan wartawan, Jokowi tak secara detail menyebutkan kelompok tersebut berasal dari Solo ataupun luar Solo. Kendati seperti itu, dirinya tidak ingin berprasangka buruk atas kejadian yang menggemparkan warga Solo itu. “Masih didalami polisi,” katanya kepada wartawan ketika itu dikutip Solo Pos.

Jokowi mengharapkan masyarakat tetap bersikap tenang menanggapi berbagai isu teror di Kota Bengawan. Dirinya menegaskan menyerahkan sepenuhnya pengusutan teror di Gladak kepada aparat kepolisian.

Jokowi yang mendatangi lokasi kejadian pukul 01.17 WIB terlihat tak banyak berbicara. Dengan mengenakan pakaian putih dan celana panjang warna hitam, Jokowi terlihat mondar-mandir di lokasi kejadian. Jokowi sering menundukkan pandangan saat di lokasi kejadian. Bahkan, dirinya terlihat merenung dalam beberapa menit di bundaran Gladak.

“Hari ini, masyarakat harus tetap menjalankan Salat Idul Fitri,” tegas Jokowi.