Brilio.net - Mengenyam pendidikan adalah hak bagi seluruh warga negara Indonesia. Namun sayangnya pada kenyataannya pendidikan memang menjadi hal yang cukup mahal dan tidak dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat khususnya masyarakat dengan ekonomi rendah. Pedihnya perjuangan menjadi keluarga kurang mampu dan berjuang bersekolah adalah pengalaman yang dilalui oleh Anthon Karuh (48).

"Waktu itu saya merupakan siswa kelas 4 salah satu sekolah dasar di Makassar, saya terpilih sebagai siswa teladan dan akan menerima hadiah dari gubernur. Saya berasal dari keluarga miskin, untuk menghadiri acara tersebut saya tidak punya sepatu," cerita Anthon Karuh kepada brilio.net melalui layanan storytelling, Kamis (28/10).

Ya, ekonomi keluarga yang sangat sulit membuat kehidupan Anthon semasa kecil tidak mudah. Ayahnya hanya berprofesi sebagai tukang sol sepatu. Jangankan membeli sepatu, seragam pun dia hanya memiliki sepasang.

"Ayah saya sempat bingung bagaimana saya bisa menghadiri acara tersebut sedangkan saya tidak memiliki sepatu. Setelah berpikir cukup lama, akhirnya ayah saya melihat sepatu prajurit tua yang sudah lama tidak diambil oleh orangnya dan saya memutuskan untuk menggunakan sepatu tersebut," cerita anak kelima dari lima bersaudara ini.

Mendapatkan sepatu prajurit tidak membuat masalah yang dihadapi oleh Anthon selesai begitu saja. Permasalahan berikutnya adalah ukuran sepatu itu yang terlalu besar untuk kaki anak kelas 4 SD seperti dirinya. Dengan berbagai upaya, Anthon akhirnya mengganjal sepatu itu dengan kertas koran hingga akhirnya pas di kaki.

Tapi sekali lagi permasalahannya tidak serta merta selesai. Anthon menghadapi masalah berikutnya bahwa dia tidak memiliki kaos kaki. Untuk mengatasi permasalahan tersebut Anthon akhirnya harus percaya diri menggunakan kaos kaki kakak perempuannya yang bermotif bunga-bunga. Meski awalnya tidak yakin, pada akhirnya Anthon percaya diri menggunakan sepatu prajurit kebesaran dengan kaos kaki bunga-bunga untuk datang menghadiri undangan gubernur.

"Sampai ke acara tersebut saya bersama kakak saya sempat minder, acara tersebut dihadiri oleh para pejabat dan orang terkenal sedangkan saya hanyalah anak tukang sol sepatu yang miskin," lanjutnya.

Setelah beberapa waktu acara tersebut berlangsung, namanya pun dipanggil untuk menerima penghargaan sebagai siswa paling berprestasi di Sulawesi Selatan. Saat berjalan menuju podium hampir seluruh orang melihat sepatu kebesaran yang digunakannya. Banyak yang mencibir dan menatap sinis ke arahnya. Banyak yang tidak menyangka, bagaimana bisa seorang anak tukang sol sepatu mendapatkan kesempatan memperoleh penghargaan langsung dari gubernur.

Di tengah tatapan sinis para pejabat dan orang kaya yang menghadiri acara tersebut, Anthon tetap melangkah dengan pasti, dia telah ditempa dengan peliknya kehidupan sehingga dia telah terdidik untuk tidak merasa minder selagi yang dilakukannya bukanlah tindakan yang melanggar hukum. Hari itu, dia membuktikan bahwa anak miskin dengan sepatu kebesaran itu bisa menjadi siswa teladan.

"Jangan pernah merasa malu terhadap kondisi ekonomi yang berkekurangan, tidak perlu minder asalkan kita melakukan hal yang benar," cerita pria asal Toraja yang kini menetap di Papua.

Dulu sepatu sekolah tak punya, kini dia lulus S2 & jadi kepala sekolah

Pengalaman menggunakan sepatu kebesaran itu menjadi hal yang sangat membekas di kehidupan Anthon dan menjadi motivasi baginya dalam menempuh pendidikan. Sejak hari itu, dia telah bertekad untuk terus berjuang memperoleh pendidikan dan tidak akan menyerah dengan kemiskinan. Dia tidak ingin kemiskinan menjadi penghalang baginya memperoleh pendidikan yang layak.

Siapa sangka kejadian 39 tahun silam itu menjadi awal kesuksesan seorang Anthon Karuh. Kini dia berhasil mewujudkan impiannya, tidak hanya menyelesaikan sekolah dasar bahkan kini dia telah menyelesaikan studi S2 dan akan melanjutkan pendidikan S3. Sekarang dia juga menjabat sebagai salah satu kepala sekolah yang ada di Papua.

"Saya hanya ingin berpesan ke anak-anak Indonesia di luar sana, jangan ragukan impian kalian, saya sudah membuktikannya dari anak yang bahkan tidak pernah merasakan bagaimana memiliki sepatu baru tapi kini saya mampu menyelesaikan pendidikan. Kalian berhak mendapatkan pendidikan dari latar belakang ekonomi seperti apapun kalian berasal, jangan menyerah," pesan Anthon.

Cerita ini disampaikan oleh Anthon Karuh melalui telepon bebas pulsa Brilio.net di nomor 0-800-1-555-999. Semua orang punya cerita. Ya, siapapun termasuk kamu punya kisah tersembunyi baik cerita sukses, lucu, sedih, inspiratif, misteri, petualangan menyaksikan keindahan alam, ketidakberuntungan, atau perjuangan hidup yang selama ini hanya kamu simpan sendiri. Kamu tentu juga punya cerita menarik untuk dibagikan kepada kami. Telepon kami, bagikan ceritamu!