Brilio.net - Bersiwak atau menggosok gigi menggunakan dahan ataupun akar siwak (Salvora Persica) dianjurkan karena siwak mengandung vitamin C, sulfur, silika, tannins, klorida, pottasium, sodium bicarbonate, flouride, salvadorine dan trimethyl amine. Kandungan di siwak inilah yang membuat siwak sangat baik untuk kesahatan mulut dan gusi.

Namun di zaman modern saat ini, penggunaan siwak dianggap cukup ribet dan menyulitkan sebab harus digigit terlebih dahulu serta membutuhkan waktu yang lama. Nah, bagaimana jika sekarang kamu bisa menikmati bersikat gigi dengan efisien dan sehat menggunakan sikat gigi dari siwak?

Ya, Si Kumis (sikat gigi siwak) adalah terobosan baru yang diciptakan oleh Fina Maulida Haniy, Megawati, Tia Rahmi Putri, M Haidar Zaqi Umar, dan Dondi Dwirekyan Maulana Gumilang. Kelima mahasiswa kedokteran gigi Univesitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menemukan inovasi untuk membuat sikat gigi yang bulu sikatnya adalah siwak.

Hal ini tentu menjadi solusi bagi penggunaan siwak yang dianggap cukup ribet oleh masyarakat. "Awalnya aku pikir, penggunaan siwak memang cukup ribet, padahal kan siwak sehat buat kesehatan, jadi akan menarik saat kami dapat membuat sikat gigi yang bulu sikatnya dari siwak" jelas Fina Maulida Haniy, ketua tim, Jumat (20/3).

Model Si Kumis layaknya sikat gigi pada umumnya. Selain pada bagian bulu sikatnya diganti dengan siwak, bagian kepala sikat dibuat dengan kuncian di bagian samping. "Jadi kepala sikatnya bisa diganti-ganti, desainnya pun senyaman mungkin seperti sikat gigi pada umumnya," jelas M Haidar Zaqi Umar, salah satu anggota tim yang mengerjakan desain dari Si Kumis.

Saat ini mereka sedang mengerjakan pembuatan Si Kumis dengan bekerja sama dengan pengerajin dalam hal realisasi desainya. "Kami mngerjakan pemodelan dan kemudian menyerahkan kepada perajin untuk realisasinya," lanjut Haidar.

Diakui Haidar, dari segi desain memang menyesuaikan kenyaman pengguna seperti sikat gigi yang ada saat ini. Pengembangan dan penyempurnaan senantiasa mereka lakukan. "Besar harapan bahwa si kumis dapat dikembangkan dan di pasarkan secara massal, sehingga masyarakatbakan lebih peduli terhadap kesehatan," kata Fina lagi.