Brilio.net - Saking asyiknya nonton dangdut, Dalimin lupa waktu, ia baru pulang ke rumah saat subuh. Tiba-tiba dia menjerit histeris. Istrinya pun terbangun kaget karena jeritan Dalimin. Dalimin kehilangan kemaluannya! Istrinya panik, ia menyuruh Dalimin segera menemukan kembali sebagai lambang kehormatan keluarga mereka.

Dalimin, pemuda asal Desa Serut ini, segera bergerak mencari kemaluannya. Ia menyusuri jalan dan panggung dangdut tempatnya menghabiskan malam tapi nihil. Ia tak menemukan sedikitpun jejak kemaluannya. Dalimin yang dirundung resah akhirnya melaporkan kasusnya ini kepada Pak Lurah. Bukannya dibantu, Dalimin justru mendapat cemoohan. Ia dituduh gila dan ditertawakan banyak orang.

Dalimin lapor presiden karena kehilangan kemaluannya

foto: tofo.me/tag/Dalimin

Pak Lurah menyuruh Dalimin membuka celananya untuk membuktikan kemaluannya hilang. Dalimin menolak karena merasa malu. Dalimin pulang dengan tangan kosong dan kemaluannya yang belum kembali. Sialnya, istrinya menolak kepulanganya hingga ia sudah mendapatkan kembali kemaluan.

Dalam kebingungan, Dalimin mengutuk siapa saja yang telah mencuri kemaluannya. Ia terus mencari, bertanya pada setiap orang yang ditemuinya tapi tetap nihil. Puncaknya, ia menemui presiden. Berniat mengadukan kasusnya pada presiden, Dalimin malah terjebak birokrasi yang serba ruwet dan tentu kasusnya yang tak dipercayai orang. Dan ketika presiden akhirnya mendengar kasusnya, bukannya pertolongan yang ia dapat tapi justru usiran. Presiden memerintahkan pengawalnya untuk mengenyahkan Dalimin dari istana. Istana kan nggak bolek tampak kotor oleh tampang warga kesusahan, pikir presiden.

Cerita di atas bukan di dunia nyata guys. Cerita itu dapat kamu temukan dalam naskah drama berjudul "Dalimin Atawa Lossing Control" karya Iwan RS. Naskah drama ini pernah dipentaskan oleh Sanggar Suto dalam Festival Teater Jogjakarta 2015 dengan penulis naskahnya sendiri sebagai sutradara. Dan hebatnya lagi, kisah Dalimin dinobatkan sebagai naskah terbaik dalam festival tersebut. Naskah ini juga akan kembali dipentaskan Sanggar Suto pada Sabtu (7/11) pukul 19.00 di Pakualaman, Yogyakarta.

Ketika dihubungi brilio.net, Sabtu (7/11), Iwan RS mengaku naskah tersebut diadopsi dari salah satu cerpen yang pernah dibuatnya. "Kemaluan itu kan hanya simbol saja dalam naskah. Malu itu kata sifat yang identik dengan orang Jawa, nah kalau kemaluan itu kata benda untuk menggambarkannya," ungkap Iwan yang tinggal di daerah Krapyak, Yogyakarta tersebut. "Rasa malu ini yang sekarang sudah semakin hilang dari kebanyakan kita," pungkas Iwan.

Naskah satir ala Iwan ini memang apik untuk menggugah kesadaran kita tentang pentingnya rasa malu yang semakin dilupakan orang. Dalimin saja yang kehilangan kemaluan masih punya rasa malu, apa kabar kita yang lengkap tapi sering kehilangan rasa malu? Contohnya saja, koruptor-koruptor itu, udah korupsi, ketangkep, eh malah tetep bangga dan eksis. Di mana rasa malunya?