Brilio.net - "Shinta. Menerima jasa ketik manual dan service alat ketik manual." Begitulah isi tulisan sebuah spanduk berwarna kuning yang dipasang melilit sebuah meja di Jalan Colombo, Kota Yogyakarta. Spanduk tersebut merupakan satu-satunya media promosi yang digunakan Tiny (43) warga Bantul, DI Yogyakarta yang sehari-hari berprofesi sebagai penyedia jasa ketik menggunakan mesin manual atau manual typewriter.

Ibu dua anak ini meletakkan dua buah mesin ketik manual sebagai peralatan kerja di atas meja berlilit spanduk itu. Untuk melindungi dari hujan dan panas matahari, dia letakkan payung bundar di atasnya. Tiny terpaksa membuka layanan jasa di lapak pinggir jalan karena tidak lagi mampu membayar sewa kios yang pernah puluhan tahun ditempatinya. Dia berpindah-pindah, mulai dari pinggir jalan raya hingga emperan toko buah.

Buka jasa ketik manual, Tiny seperti melawan zaman

Di tengah derasnya laju perkembangan teknologi digital saat ini, Tiny tetap bertahan dengan mata pencahariannya menyediakan jasa ketik manual. "Tarifnya kisaran Rp 3.000-Rp 5.000 per dokumen," tutur Tiny saat ditemui brilio.net, Senin (2/3). Dia juga melayani perbaikan alat ketik manual.

Dia mengaku, setelah 24 tahun menggeluti usaha ini, sekarang sudah banyak pelanggan yang tidak lagi memakai jasanya. Perkembangan teknologi mesin ketik yang semakin canggih menjadi faktor utama orang-orang beralih dari mesin ketik manual.

Tapi, perempuan yang sering dipanggil Shinta ini tetap bersyukur karena pelanggannya tidak habis seluruhnya. Masih ada orang-orang yang tetap menggunakan jasanya. Kebanyakan dari mereka adalah karyawan administrasi kantor penjual mobil yang rutin membuat surat setoran pajak dan kuitansi pembayaran. Tidak jarang pula mahasiswa yang menggunakan jasa Tiny untuk mengisi kartu bimbingan.

Buka jasa ketik manual, Tiny seperti melawan zaman