Brilio.net - Bersepeda di tengah hiruk pikuk kota sepertinya merupakan hal yang biasa. Tapi yang dilakukan pria ini bisa dibilang sesuatu yang nggak biasa, bahkan bisa dibilang luar biasa. Pasalnya, dengan menggunakan sepeda pria ini taklukkan jalur Pegunungan Himalaya sepanjang 1.039 km. Wow!

Max Agung Pribadi, pria yang sehari-hari menjadi jurnalis asal Indonesia ini sukses bersepeda solo menaklukkan perjalanan dari Srinagar, negara bagian Jammu, Kashmir, sampai Manali, negara bagian Himachal Pradesh, India, dan melalui Pegunungan Himalaya atau yang kerap disapa jalur Trans Himalaya-Kashmir.

Bersepeda, pria ini taklukkan dinginnya Pegunungan Himalaya, keren! Foto: dokumen pribadi

Tanpa ada misi khusus, pria yang akrab dipanggil Max ini mengaku penjelajahan ini atas dasar keinginan pribadi. "Sudah lama saya ingin mengalami penjelajahan di kawasan Himalaya dengan sepeda. Tujuannya untuk merekam tiap momen yang terjadi sepanjang perjalanan," ungkapnya kepada brilio.net, Rabu (30/12).

Perjalanan yang ditempuh dalam waktu 14 hari ini dimulai dari 28 September hingga 17 Oktober 2015 kemarin. Mulai dari Srinagar, Kashmir sampai berakhir di Manali, India dengan ketinggian rata-rata 4.000 meter di atas permukaan laut dan titik tertinggi sampai 5.350 meter di atas permukaan laut.

Berbagai tantangan dan rintangan pun sempat dialami Max selama perjalanan menjelajahi Himalaya. Sebut saja cuaca dan ketinggian ekstrem di pegunungan Himalaya-Kashmir.

Suhu yang sangat dingin dan ketinggian yang ekstrem membuat Max kesulitan bersepeda karena tidak seperti di dataran rendah. Kadar oksigen yang hanya 40 persen membuatnya benar-benar harus bersabar dan menjaga ritme mengayuh sepeda. Belum lagi ia harus memanggul beban perbekalan seberat 35 Kg.

Bersepeda, pria ini taklukkan dinginnya Pegunungan Himalaya, keren! Foto: dokumen pribadi

"Di bawah suhu nol derajat celcius membuat bernafas terasa sakit. Jadi saya banyak-banyak makan permen pelega tenggorokan sekaligus untuk menghindari radang," kenang pria yang juga pernah menaklukkan Gunung Aconcagua di Argentina ini.

Seperti layaknya ekspedisi lainnya, perjalanan ini juga telah dipersiapkannya jauh-jauh hari. Persiapan ekspedisi Trans Himalaya-Kashmir 2015 dilakukan Max selama satu tahun. Sebelum berangkat, Max mengaku juga kesulitan ketika harus izin dengan keluarga tercinta, terutama kepada anak dan istri.

"Pendekatan ke keluarga itu yang sulit. Apalagi anak-anak masih kecil, bahkan saya sempat dapat surat cinta dari anak nomor dua yang melarang saya pergi. Wah itu benar-benar bikin galau. Tapi untungnya setelah itu anak-anak akhirnya mendukung saya," ungkapnya.

Beruntung selama ekspedisi, dirinya didukung anggota keluarga besar Mahitala Universitas Parahyangan dan Rumah Sakit Siloam, Jakarta yang menyediakan obat-obatan. Tidak hanya itu, Duta Besar Republik Indonesia di India bapak Rizali Indrakesuma juga turut mendukung dengan menyediakan berbagai akomodasi.

"Bersyukur, saya diladeni dengan baik sekali sama mereka. Bahkan saya juga sempat menginap di Wisma Tamu KBRI," katanya.

Selain menjadi pengalaman yang berharga, perjalanan ini juga merupakan perjalanan spiritual baginya. "Pengalaman paling berkesan justru interaksi intens saya sama Tuhan. Dari perjalanan itu saya juga belajar, tidak ada tanjakan yg tak ada puncaknya dan semua masalah pasti ada jalan keluarnya," sambungnya.