Brilio.net - Perkembangan teknologi yang semakin pesat tentu harus dibarengi dengan pengawasan yang lebih ketat, terutama terhadap anak yang sudah melek teknologi seperti internet.

Mesin pencari di internet yang sangat luas merupakan salah alasan mengapa orangtua harus lebih mengawasi sang anak, terutama menjamurnya media sosial sebagai interaksi kekinian dunia maya tak ubahnya bahaya yang mengintai bagi anak-anak yang salah memanfaatkannya.

Hal itu terbukti dari eksperimen yang dilakukan oleh Coby Persin (21), YouTuber. Ia membuat dua edisi video dalam percobaannya, yang pertama untuk remaja perempuan dan satunya untuk remaja laki-laki.

Video pertama edisi remaja perempuan, ia membuat sebuah akun Facebook palsu bernama Jason Biazzo, laki-laki yang berusia 15 tahun dengan foto profil seorang pemuda tampan, kemudian ia mencari tiga perempuan remaja berusia 12, 13, dan 14 tahun di jejaring sosial, kemudian video kedua edisi remaja laki-laki, ia mebuan sebuah akun Facebook palsu bernama Amanda Green dengan foto profil remaja cantik untuk memancing respon tiga remaja laki-laki. Apa yang terjadi?

Remaja perempuan yang Coby hubungi melalui media sosial mudah percaya dan mau bertemu dengan orang asing. Mereka tidak sadar bisa saja hal itu menjadikan mereka korban aksi kejahatan. Begitu juga remaja laki-laki begitu mudah memercayai orang yang baru ia kenal dan menemuinya sendirian tanpa didampingi oleh orangtua.

Percobaan yang dilakukan oleh Coby Persin ini bekerja sama dengan kedua orang tua anak-anak tersebut. Selain memperingatkan orangtua untuk lebih berhati-hati terhadap anaknya yang bermain media sosial, tentunya untuk memberikan efek jera kepada anak tersebut agar tak mengulangi kecerobohannya tersebut.

Meskipun kedua video yang diunggah ke YouTube itu total telah ditonton oleh 49 juta orang ini hanya sebuah percobaan, hal ini membuktikan seorang anak remaja kurang hati-hati dan ceroboh dalam bertindak.

Secara umum media sosial membatasi agar calon penggunanya di atas 18 tahun, tapi mudahnya membuat akun dengan memalsukan umur bisa dilakukan siapa saja, termasuk anak remaja. Para orangtua harus lebih waspada akan efek bahaya penggunaan media sosial oleh anak-anak mereka.