Brilio.net - Jika kamu ada di Yogyakarta pada akhir Desember 2015, pertunjukan ini tidak boleh lewatkan begitu saja. Namanya pertunjukan 'Kekwa! Alami Mimpimu'. Sebagai informasi, pertunjukan ini merupakan teater untuk anak-anak.

Pertunjukan teater 'Kekwa! Alami Mimpimu' sudah digelar sejak (27/12) kemarin dan akan berlangsung sampai 29 Desember 2015 mendatang. Drama yang mengajak 13 pemain anak-anak itu memiliki misi khusus terhadap khalayak.

Mengintip 'Kekwa!', panggung teater anak suarakan krisis lingkungan

"Persiapan kami sudah sejak Juli-Agustus, dan audisi pemainnya kami lakukan secara terbuka saat bulan Oktober" ucap sutradara 'Kekwa!' Budi ND Dharmawan, Minggu (27/12), kepada brilio.net.

Kekwa merupakan nama tokoh yang menjadi sentral di pertunjukan ini. Menurut Budi, nama Kekwa diambil dari salah satu nama pulau di Papua yang memiliki kekayaan alam melimpah, namun pulau tersebut tak dimiliki oleh suku manapun, sehingga siapa pun bebas memasuki pulau tersebut.

Mengintip 'Kekwa!', panggung teater anak suarakan krisis lingkungan

"Pulau Kekwa juga diadaptasi menjadi Pulau Ewa di film Avatar," lanjutnya.

Selain itu, 'Kekwa!' juga diharapkan mampu menjadi alternatif rekreasi edukatif bagi anak dan keluarga di akhir tahun 2015.

Proses 'Kekwa!' sudah dilakukan sejak November lalu, mulai dari pendalaman adegan, koreografi, dan vokal. Dikisahkan Kekwa (Norman Edra) merupakan anak Kepala Suku Amungwa, suku penghasil minyak. Dalam bertahan hidup suku Amungwa rutin melakukan barter dengan suku penghasil air, Aiduma. Kedua suku yang berteman baik dan hidup rukun ini lantas mulai berkonflik sejak suku Aiduma kehabisan air karena rusaknya ekosistem alam.

Mengintip 'Kekwa!', panggung teater anak suarakan krisis lingkungan

Di tengah krisis yang terjadi, Danum, anak Kepala Suku Aiduma (R.Aj.Aaliyah Diaz Safira) jatuh sakit secara tiba-tiba. Akhirnya, dengan niat mengobati Danum dan lingkungan alam di kedua desa, Kekwa bersama kawan-kawannya memutuskan pergi mencari Te Ao, sebuah pohon kehidupan yang selama ini menjadi legenda yang menjadi penanda keseimbangan alam.

Perjalanan mencari Te Ao ini bukannya terjadi tanpa hambatan. Pasalnya, menurut kisah-kisah dan catatan kuno Te Ao tidak ada di masa kini, melainkan di masa lalu. Pada akhirnya Kekwa dan kawan-kawan berhasil pergi ke masa lalu menggunakan sebuah mesin waktu buatan Apangsingik, seorang ilmuwan yang selama ini dianggap tidak waras.

Sesampainya di masa lalu muncul permasalahan baru. Te Ao ternyata tidak ada di masa lalu karena ekosistem lingkungan di masa lalu masih baik-baik saja. Setelah melalui perdebatan yang tidak mudah, Kekwa dan kawan-kawannya memutuskan untuk pergi ke masa antara. Masa di mana kerusakan besar-besaran terhadap alam mulai terjadi karena keserakahan manusia. Meski terancam tak bisa pulang ke masa kini karena mesin waktu Apangsingik hanya bisa digunakan dua kali, mereka memutuskan tetap pergi ke masa antara untuk menemukan Te Ao.

Para seniman berbakat pun ikut meramaikan pertunjukan yang sarat makna lingkungan ini. Sebut saja Leliani Hermiasih atau yang biasa dikenal dengan nama panggung Frau, serta penyanyi jazz asal Yogyakarta Diwa Wira Hutomo. Frau berperan aktif dalam tim kreatif dan ikut menyumbangkan dua lagu ciptaannya yang original dinyanyikan di pertunjukan tersebut. Sementara itu, Diwa Hutomo ternyata ikut berakting dan bernyanyi di pertunjukan yang berdurasi 1,5 jam tersebut.

"Senang dan bangga saya bisa ikut pertunjukan yang sangat mengedukasi ini," tutur Diwa yang ditemui brilio.net seusai pertunjukan perdana, Minggu (27/12).

Pertunjukan 'Kekwa! Alami Mimpimu' masih dapat disaksikan hari ini dan esok hari pada pukul 16.00 dan 19.30 WIB di GOR Klebengan, Yogyakarta. Tiketnya dibanderol mulai Rp 75 ribu, Rp 100 ribu, dan Rp 150 ribu, sesuai dengan pemilihan tempat duduk.