Brilio.net - UNICEF menyatakan sebanyak 500 anak meninggal setiap hari akibat kekurangan air dan kebersihan di Sub-Sahara Afrika. Persoalan kebersihan masih menjadi momok utama di benua hitam tersebut.

"Dengan jumlah penduduk yang hampir berlipat-ganda dalam 25 tahun belakangan di wilayah tersebut, akses ke kebersihan hanya meningkat sebesar enam persen dan ke air sebanyak 20 persen selama masa yang sama, sehingga jutaan orang meninggal," kata Wakil Juru Bicara PBB Farhan Haq kepada wartawan di Markas Besar PBB, New York, Rabu (16/12).

"Angka akses paling rendah ke air minum yang ditingkatkan terdapat di Guinea Ekuator, Chad dan Republik Demokratik Kongo," tambah dia seperti dilansir Antara.

UNICEF menyatakan tanpa tindakan cepat, situasi dapat secara drastis memburuk dalam waktu 20 tahun ke depan. Saat penduduk bertambah dengan cepat akan menuntut upaya pemerintah untuk memberikan layanan dasar.

Konferensi pertama West and Central Innovative Financing for Water Sanitation & Hygiene direncanakan diselenggarakan oleh UNICEF melalui kerja sama dengan Pemerintah Senegal dan Dewan Menteri Afrika Urusan Air.

UNICEF telah mengundang 24 pemerintah di sub-wilayah itu untuk bertemu dengan bank penanam modal utama, organisasi internasional, pengusaha dan ahli. Tujuannya untuk menemukan mekanisme baru guna meningkatkan dana 20-30 miliar dolar AS per tahun yang diperlukan sektor terkait untuk mewujudkan akses ke air dan kebersihan ke Afrika Tengah dan Barat.

Perkiraan PBB kerugian ekonomi global akibat kekurangan air, kebersihan dan kesehatan berjumlah 260 miliar dolar AS per tahun. Sebagai sub-wilayah dengan akses paling buruk, Afrika Tengah dan Barat memikul bagian besar dari beban tersebut.

Tak satu pun negara di Afrika Tengah dan Barat memiliki akses ke air minum yang sehat. Menurut Laporan Pemantauan Gabungan UNICEF dan WHO 2015, angka tertinggi terdapat di Sao Tome & Principe (97 persen), Gabon (93 persen) dan Cabo Verde (92 persen).