Brilio.net - Memiliki kesempatan mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, tentu saja adalah anugrah Tuhan yang sangat besar dan harus disyukuri. Bagaimana tidak, di sisi lain masih banyak anak-anak di Indonesia yang tidak mendapatkan kesempatan duduk di bangku perkuliahan. Jangankan kuliah, sekolah saja terkadang mereka harus putus karena tak ada biaya yang cukup.

Pepatah mengatakan, bentuk syukur yang tebaik dapat dilakukan dengan cara melakukan usaha yang terbaik. Salah satunya dengan menunjukkan prestasi terbaik yang bisa diraih selama di bangku kuliah. Banyak cara yang dapat ditempuh, mulai dari menjuarai lomba di berbagai bidang yang diminati, hingga prestasi di kegiatan mahasiswa yang kamu ikuti, seperti basket, fotografi, paduan suara, drum band dll.

Tak hanya itu, menjadi duta mahasiswa berprestasi (mawapres) juga menjadi pencapaian bergengsi di dunia kampus. Seperti dijelaskan buku panduan pemilihan mawapres, terbitan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan, definisi mawapres adalah mahasiswa yang berhasil mencapai prestasi tinggi, baik di bidang kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

Adalah Lailatun Nafisah, salah seorang duta mawapres kampus Universitas Islam Indonesia (UII), kepada brilio.net, Senin (25/5), memaparkan bahwa sedikitnya ada lima poin penting yang harus dipersiapkan agar dapat ikut serta dalam ajang mawapres yang diselenggarakan setiap tahun tersebut. Apa saja lima poin tersebut? Berikut penjelasannya.

Pertama; Prestasi Akademik. Dalam ajang mawapres, mahasiswa harus memiliki nilai akademik baik yang ditunjukkan dengan nilai IPK tidak kurang dari 3,00. Nafisah menyarankan, agar prestasi akademik baik, mahasiswa harus memiliki kebiasaan membaca yang konsisten. "Minimal mahasiswa itu harus membaca buku atau artikel non-fiksi satu lembar per hari," tutur Nafisah.

Kedua; Karya Tulis Ilmiah (KTI). Mahasiswa harusnya tidak malu untuk berbagi dengan dosen tentang suatu ide penelitian atau gagasan ilmiah, pasalnya mahasiswa tidak mungkin dapat mempublikasikan karya ilmiahnya tanpa adanya pembimbingan dari dosen. Bahkan keaktifan sharing ide dengan dosen, akan sangat menguntungkan mahasiswa, karena tidak menutup kemungkinan mahasiswa akan dipercaya dosen untuk menjadi penulis utama dalam sebuah KTI dan dosen hanya sebagai reviewer-nya.

Ketiga; Kemampuan Berbahasa Asing. Tidak harus bahasa Inggris, akan tetapi bahasa Prancis, Spanyol, Arab, China, Rusia dan bahasa asing lainnya bisa menjadi bekal bagi calon mawapres. Dalam hal ini, Nafisah menyarankan agar mahasiswa tidak malu untuk mulai membiasakan bercakap menggunakan bahasa asing dengan sesama teman, menurutnya hal tersebut bukanlah sikap sombong saat kita menyapa teman dengan bahasa asing, karena tidak ada hal besar yang dicapai tanpa adanya langkah kecil. Mulailah dari hal kecil seperti menulis SMS atau mengucapkan selamat pada teman dengan bahasa asing.

Keempat; Prestasi. Aktif ikut serta dalam berbagai lomba antar mahasiswa dapat menjadi bekal awal untuk meraih prestasi sebanyak-banyaknya. Sebab, seorang calon mawapres akan diminta untuk mencantumkan 10 prestasi terbaiknya saat menjadi mahasiswa, dan mengikuti Pekan Kreatifitas Mahasiswa (PKM) atau ajan kompetisi mahasiswa lain, menjadi sebuah keharusan bagi setiap calon pendaftar.

Nafisah juga memberikan saran agar mahasiswa memanfaatkan Study Club dan Sertifikasi yang ada di kampus karena hal tersebut akan menambah Credit Point penilaian juri bagi calon mawapres.

"Manfaatkan lembaga mahasiswa beserta unti kegiatannya, yang ada di lingkungan kampus untuk menambah Credite Point," imbuh wanita berhijab ini.