Brilio.net - Pada akhir 2012 silam, seorang pemuda asal Jombang, Jawa Timur berhasil menciptakan gitar nilon elektrik berdawai 12. Berbeda dengan gitar akustik yang sudah ada sebelumnya, gitar 12 dawai ini tidak menggunakan tabung resonansi tetapi memanfaatkan teknologi equalizer.

Hebatnya, sebagian pakar gitar di dalam maupun luar negeri menyebutnya sebagai gitar hybrid yang lebih modern dan pertama di dunia. Pemuda tersebut adalah Bayu Angga Pridahastama (26), alumni Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Keistimewaan lain dari gitar buatan Bayu adalah ia dapat dibongkar pasang. Bagian tubuh dan leher gitar disatukan dengan skrup, bukan lem. Tentu saja, cara ini memudahkan para pengguna gitar membawa gitarnya dalam perjalanan.

Gitar buatan Bayu juga sempat membuat musisi Indonesia mencobanya. Di antara master gitaris yang mencoba gitar 12 dawai buatan Bayu adalah Jubing Kristyanto, Tohpati, Engkos Prakasa, Royke Koapaha, dan Hanief Palopo. 

Namun selang tiga tahun kemudian, pemuda yang berdomisili di Jalan Airlangga, Kota Jombang ini menuturkan hasil karyanya yang telah diakui nasional hingga internasional hingga saat ini masih belum ada respons yang baik dari pemerintah.

"Tidak bisa dimungkiri, ide gila atau karya anak bangsa meskipun diakui secara nasional bahkan diakui dunia kebanyakan pemerintah tidak merespons. Jarang pemerintah percaya akan kemampuan anak muda bangsa sendiri, sudah dua tahun saya mengurusi beasiswa juga tidak ada," ujarnya kepada brilio.net, Senin (11/5).

Kurangnya perhatian itu membuatnya tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan dia mesti cuti kuliah S-2 karena kesulitan biaya. Bayu sempat berharap ada beasiswa dari pemerintah atau bentuk perhatian lain untuk mengembangkan temuannya, tetapi yang diharapkan tak kunjung datang.

"Sekarang saya hanya berusaha melakukan pengembangan gitar sebagai bentuk kepeduliannya akan karya dan inovasi anak bangsa Indonesia," ungkapnya.