Brilio.net - Kota Bandung nggak bisa dipisahkan dari kancah musik Tanah Air. Tidak sedikit talenta-talenta musik dari berbagai genre yang lahir dari Bumi Parahyangan dan meramaikan industri musik di Indonesia. Sebut saja sederet band yang muncul di era 1990-an seperti Pas Band (1990), /Rif (1992), Seurieus (1994), Gigi (1994), Pure Saturday (1994), dan Jamrud (1995).

Nggak cuma musik rock, pop, dan falk, Bandung juga melahirkan Burgerkill (1995) yang disebut-sebut sebagai salah satu band metal paling legend di Indonesia. Lalu ada juga Cokelat yang lahir pada 1996. Kemudian ada band yang bergaya retro dan jazz 1970-an yaitu Mocca yang lahir pada 1997. Sebelumnya pada genre musik pop ada Kahitna yang lahir di era 1980-an tepatnya pada 1986.

PreangerFest © 2018 brilio.net Penampilan Sky Sucahyo, penyanyi muda yang kerap tampil dengan ukulele di Lakuna Stage di ajang Preangerfest

Nah di era 2000-an muncul nama-nama band yang nggak kalah keren dibanding pendahulunya. Sebut saja NOAH (Peterpan) yang lahir pada tahun 2000. Lalu ada band nyentrik yang sering “lupa lirik” yaitu Kuburan (2001). Kemudian ada The S.I.G.I.T. (2002) yang banyak digandrungi penikmat musik rock karena lagu-lagunya yang pecah abis! Di jalur musik romantis ada nama D'Cinnamons (2004), band yang mengusung genre akustik folk. Lalu ada The Changcuters (2005), salah satu band komedi yang dibalut dengan gaya rock n roll.

Keberadaan sederet band itu membuktikan Bandung punya kontribusi besar dalam peta industri musik Tanah Air. Lahirnya para musisi yang pernah berjaya pada masanya tersebut tak lepas dari gelaran konser atau ajang festival yang dihelat. Di era 1990-an misalnya, hampir semua kota besar di Indonesia punya perhelatan musik yang menjadi sarana mengembangkan bakat para musisi.

PreangerFest © 2018 brilio.net Penampilan Angsa dan Serigala, grup musik bergenre indie pop dan indie rock

Di Bandung misalnya, ada panggung Saparua yang digelar di GOR Saparua. Tempat ini bahkan menjadi salah satu saksi bisu lahirnya sejarah musik underground di Bandung. Nah buat mereka para ABG era 1990-an pasti sudah nggak asing dengan band bergenre punk, grindcore, hardcore, SKA, hingga death metal yang muncul dari panggung GOR Saparua. Salah satunya Burgerkill yang tetap eksis sampai sekarang.  

Artinya, sebagai salah satu pilar kreatif kota di Jawa Barat, kontribusi musisi Bandung dalam peta industri musik Indonesia sudah dimulai sejak beberapa dekade lalu. Panggung Saparua memang sudah tak lagi terdengar. Tapi bukan berarti kreativitas para musisi Bandung ikut terkubur di dalamnya.  

PreangerFest © 2018 brilio.net Under The Big Bright Yellow Sun (UTBBYS), grup musik dengan post-rock instrumental sebagai alirannya.

Nah berangkat dari romantisme atmosfer musik era 1990-an hingga 2000-an di kota Bandung, kini ada festival musik yang mungkin belum setenar Panggung Saparua. Meski begitu festival yang disebut Preanger Fest bisa menjadi jalan baru untuk lahirnya talenta musik di era sekarang. Terbukti, dalam dua hari gelaran (13-14 Oktober 2018) lalu, muncul band-band penerus seperti The Panasdalam, Ikkubaru, The Schuberts. Dalam dua hari penyelenggaraan ada 40 musisi yang tampil.

Festival yang merupakan wadah bagi musisi serta komunitas di Bandung ini pun sekaligus menjadi ajang “reuni” para jebolan Panggung Saparua seperti Mocca, The S.I.G.I.T, Pure Saturday. Bahkan ada juga penampilan sang legenda, Bimbo di hari pertama. Ajang yang digelar di Lapangan PPI Bandung yang berkapasitas 15.000 orang ini pun menampilkan Rocket Rockers, Burgerkill, Koil, dan The Groove di hari kedua.

PreangerFest © 2018 brilio.net Burgerkill yang tampil garang mengguncang PreangerFest

Di ajang ini ada tiga panggung berbeda, Balad Stage, Kojo Stage, dan Lakuna Stage yang dilengkapi tata suara dan tata cahaya yang memukau pengunjung. Lewat festival ini para musisi terbaik asal Jawa Barat berkumpul menyuarakan semangat Lokal Kudu Vokal melalui ciri khas musikalitas masing-masing.

“Kami juga mencari generasi penerus yang tersebar di Jawa Barat melalui band submission bersama Warkop Musik dan dibantu Otong Koil sebagai kurator, hasilnya luar biasa melihat lebih dari 300 karya musik di submit dari berbagai penjuru Parahyangan dan akhirnya terpilih delapan band yang bergabung dalam jajaran penampil Preanger Fest,” ujar Indradjid Sofwan dari Havas Indonesia selaku perwakilan penyelenggara.

Indradjid berharap lewat festival ini peluang akan regenerasi band maupun kreator baru dapat terus terjadi di masa depan.  Preangerfest pun digadang-gadang sebagai awal baru bagi bangkitnya industri musik di Jawa Barat. Semoga deh!