Brilio.net - Setiap bulan Ramadan, hampir sebagian besar pelaku musik di Indonesia selalu punya strategi khusus untuk menjual karyanya. Ya, biasanya dengan membuat lagu religi yang isinya tentu saja soal wajib berpuasa dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Islam.

Coba tengoklah jauh ke beberapa tahun silam. Ada begitu banyak musisi Tanah Air yang selalu berlomba-lomba menampilkan karya lagu religinya di bulan Ramadan. Ada Opick dengan 'Tombo Ati' (2005), Tompi dengan 'Ramadan Datang' (2006), Afgan dengan 'Pada-Mu Ku Bersujud' (2009), Maher Zain dengan 'Insha Allah' (2011), Gigi dengan 'Pintu Surga' (2006), hingga Ungu yang sangat ngehits kala itu dengan lagu 'Dengan Nafas-Mu' (2008).

Namun beberapa tahun terakhir, lagu-lagu religi dari musisi Tanah Air sepertinya bukan menjadi sesuatu yang 'wah' lagi di masyarakat. Misalnya ada pun, lagu-lagu religi dianggap tak bisa lagi se-booming seperti karya musisi-musisi di atas.

Pada Ramadan tahun 2017 ini, misalnya, juga bisa dibilang sangat sedikit musisi yang mempromosikan karya lagu religinya. Kira-kira menurutmu kenapa ya?

Nah, menurut pengamat musik, Fakhri Zakaria, tren lagu religi di Tanah Air sekarang memang sudah tak seramai tahun-tahun lalu. Saat ini masyarakat mulai jenuh dengan aspek-aspek religiusitas yang semakin banal.

Sebagai contoh, dalam beberapa tahun seusai Pilpres 2014, televisi makin banyak menampilkan sinetron religi atau minimal ada dialog yang membawa unsur religi (seperti Tukang Bubur Naik Haji). Selain itu masifnya dakwah-dakwah bernapas islami di media sosial juga tak pernah berhenti.

"Di media sosial apalagi, sudah nggak keruan (konten religi). Ya dalam tiga tahun terakhir setelah Pilpres menurutku religiusitas di media sudah dalam titik menjemukan karena ditempatkan nggak sesuai konteksnya. Imbasnya akhirnya salah satunya ke lagu religi." kata Fakhri Zakaria ketika berbincang dengan brilio.net, Selasa (30/5).

Lagu religi di Indonesia, kata dia, kini dianggap semakin membosankan. Artis-artis cenderung selalu membawakan lagu religi yang temanya cenderung seragam, menyempit ke hubungan personal dengan Tuhan dalam konteks keyakinan tertentu. Padahal seharusnya lagu-lagu religi bisa dibuat untuk menyampaikan nilai-nilai universal agama yang mengajarkan kebaikan, cinta, dan lain sebagainya.

"Apalagi visualnya (kostum musisi saat bulan Ramadan) ya begitu begitu saja; baju koko, gamis putih, sorban dan sebagainya. Ya maaf maaf saja, citra visual seperti itu semakin ke sini sudah disempitkan maknanya ke satu golongan tertentu dalam beberapa waktu terakhir di Indonesia," kata pria yang akrab disapa Zaki ini.

Menurut pengamatan Zaki, musisi Tanah Air yang sukses membawakan konten musik religi sampai saat ini cuma Bimbo dan Opick.

"Bimbo bisa jadi representasi lagu religi karena dulu mereka hadir di konteks sosial yang tepat. Saat Islam direpresi penguasa Orde Baru, publik butuh wajah Islam di media. Opick juga, saat publik butuh representasi Islam yang bisa masuk ke kelas menengah, meski nggak dipungkiri juga dengan twist marketing dia sebagai mantan 'anak nakal'," ujarnya.

Selain itu, menurut Zaki sebenarnya kunci kesuksesan seorang musisi itu hanya soal konsisten atau tidak. Bimbo, Opick sampai Rhoma Irama melakukan itu. Mereka terus menerus bisa mengeluarkan karya musik religi yang tidak membosankan, dan tidak harus selalu dirilis saat bulan Ramadan.

"Kalau lagu religi sekarang sekarang sih, ya maaf maaf cuma nggak lebih dari trik musisi supaya dapur ngebul selama bulan puasa. Bukan jadi suatu misi untuk kepentingan yang lebih luas lagi. Ya to?" tutup pria asli Muntilan ini.