Brilio.net - Kepribadian merupakan kumpulan sifat psikologis yang berbeda, yang menetap cukup konstan dari waktu ke waktu, sehingga bisa membentuk cara kamu bereaksi terhadap dunia sekitar. Ciri-ciri ini meliputi keterbukaan atau introversi/ extroversion atau introversion (terkait cara kamu bersosialisasi), neurotisme/ neuroticism (kecenderungan ke arah negatif), dan kesadaran/ conscientiousness (meliputi kesadaran kamu dan cara kamu berencana). Nah, semua ini ternyata bisa memengaruhi kesehatan kamu lho!

Dilansir brilio.net dari Mashable, Rabu (28/10), sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Kavita Vadhara dan rekan menunjukkan korelasi antara ciri-ciri kepribadian yang berbeda dengan respons imun biologis.

Dalam penelitian tersebut, terlibat sebanyak 121 mahasiswa yang sehat untuk menyelesaikan kuesioner kepribadian untuk diukur atau dinilai. Kuesioner tersebut mencakup sifat-sifat seperti ekstroversi (extroversion), neurotisme (neuroticism), dan kesadaran (conscientiousness). Mereka juga diambil sampel darahnya dan dari sini telah diinvestigasi aktivitas dari 19 gen yang berbeda, termasuk di dalamnya respons imun peradangan atau inflamasi, serta gen yang terlibat dalam pertahanan melawan virus.

Perlu kamu tahu, inflamasi sendiri merupakan respons imun yang membantu tubuh melawan infeksi dan mempercepat pemulihan cedera. Dua efek yang paling signifikan yang Vedhara perhatikan adalah extroversion berkaitan dengan peningkatan ekspresi gen pro-inflamasi, sementara conscientiousness justru memiliki efek bertolak belakang (penurunan ekspresi gen pro-inflamasi). Hasilnya menunjukkan bahwa orang ekstrovert memiliki kemampuan lebih besar dalam menghadapi infeksi dan cedera, tapi juga lebih mungkin mengalami peningkatan level inflamasi, termasuk tingginya kemungkinan terkena penyakit auto-imun.

Namun begitu, jangan kegirangan dulu. Sebab pengamatan ini dilakukan terhadap satu populasi saja sehingga tidak bisa digunakan untuk memprediksi dalam skala luas untuk menentukan pasti bagaimana seseorang akan menangani penyakitnya. Lagipula, gen yang diselidiki dalam penelitian ini juga hanya mewakili sebagian kecil dari gen penting dalam respons imun kita. Belum lagi muncul kemungkinan bahwa orang introvert memiliki tingkat kesadaran yang begitu tinggi, yang berarti berkaitan dengan respon imun juga lebih kuat. Tapi memang hal ini juga perlu diuji lebih lanjut.

Lantas, sebenarnya apa yang memengaruhi apa? Muncul pertanyaan berdasarkan penelitian di atas, yaitu mungkinkah sistem imun bisa memengaruhi perilaku seseorang? Kemungkinan iya.

Telah terbukti bahwa molekul kecil yang disebut sitokin (cytokines) dilepaskan dari sel-sel kekebalan tubuh seseorang dan tampaknya mampu melewati penghalang darah-otak, sehingga memengaruhi aktivitas sel-sel di otak kamu. Sebagai contoh, beberapa cytokines dapat memengaruhi produksi molekul sinyal otak penting seperti serotonin dan proses ini ditandai sebagai hal penting dalam depresi.

Selain itu, tidak diketahui secara pasti perbedaan ekspresi gen inflamasi antara orang ekstrovert dan introvert yang terkait dengan produksi cytokines dalam hal ini. Tapi memang ada kemungkinan yang menarik.

Apa pun penyebab observasi menarik dari studi di Nottingham, Inggris, itu merupakan tonggak menarik untuk melakukan investigasi lebih lanjut terhadap hubungan kepribadian dan kesehatan, termasuk tentang sistem imunitas tubuh yang diduga lebih banyak berperan. Dan diharapkan, ciri-ciri kepribadian yang disebut dapat memengaruhi respons inflamasi, atau sebaliknya, bisa memiliki dampak signifikan dalam cara orang mengobati penyakit pada masa depan.