Brilio.net - Seringkali hal-hal sepele bisa digunakan untuk mengukur indikasi adanya penyakit serius dalam tubuh. Salah satunya adalah cara kita berjabat tangan.

Sebuah penelitian di The Lancet (jurnal medis umum edisi mingguan di Inggris, yang bergengsi, tertua, dan terbaik di dunia) menyatakan kekuatan tangan kamu saat berjabatan tangan bisa menjadi sinyal kemungkinan serangan jantung di masa depan.

Dikutip brilio.net dari laman Telegraph, Sabtu (23/5), selain sinyal resiko serangan jantung, penelitian tersebut menemukan kekuatan jabatan tangan seseorang bisa memprediksi resiko stroke, bahkan kematian, melebihi kemampuannya menjadi sarana memeriksa tekanan darah sistolik (tekanan darah pada saat terjadi kontraksi otot jantung).

Para ahli mengatakan, tes jabatan atau cengkeraman tangan bisa dilakukan untuk memprediksi resiko serangan jantung dan stroke, secara sederhana dan murah. Studi internasional yang melibatkan hampir 140.000 orang dewasa di 17 negara menemukan, jabatan tangan yang lemah terkait dengan kelangsungan hidup yang lebih pendek dan resiko serangan jantung atau stroke lebih besar.

Kekuatan otot yang berkurang, yang dapat diukur dengan kekuatan jabatan tangan, telah dikaitkan dengan kematian dini, kecacatan, dan penyakit. Namun, ada penelitian tertentu yang meneliti apakah kekuatan genggaman tangan dapat mengindikasikan kesehatan jantung.

Studi baru yang diikuti 139.691 orang dewasa berusia antara 35-70 yang tinggal di 17 negara dari Prospective Urban-Rural Epidemiology (PURE), diteliti selama empat tahun. Kekuatan genggaman tangan sendiri diukur menggunakan dinamometer genggaman tangan. Nah, secara spesifik, yang diukur adalah gaya yang bekerja ketika subjek meremas benda sekeras mungkin dengan tangan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap penurunan lima kilo dalam kekuatan genggaman, dikaitkan dengan 16% peningkatan resiko kematian dari setiap penyebab, 17% lebih besar mengalami resiko kematian karena jantung/ kardiovaskular, 17% lebih tinggi mengalami risiko kematian non-kardiovaskular (misalnya kanker), dan yang sederhana adalah meningkatkan resiko serangan jantung (7%) atau stroke (9%).

Secara keseluruhan, kekuatan genggaman adalah prediktor kuat dari semua penyebab kematian, termasuk kematian akibat penyakit jantung, dibandingkan tekanan darah sistolik yang biasanya dilihat sebagai penyebab "kuat" kematian. Meskipun begitu, Dr Darryl Leong, dari McMaster University di Kanada, mengatakan, "Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan apakah upaya meningkatkan kekuatan otot cenderung bisa mengurangi resiko kematian seseorang dan penyakit kardiovaskular atau tidak."

Pendapat tentang keterkaitan kekuatan genggaman tangan dengan risiko kematian, ditimpali oleh Profesor Avan Aihie Sayer (Southampton University) dan Profesor Thomas Kirkwood (Newcastle University). Keduanya menyatakan, kehilangan kekuatan pegangan mungkin menjadi penanda proses penuaan, bisa disebabkan kelangkaan penyakit otot tertentu, yang berkontribusi terhadap perubahan fungsi otot.

Di sisi lain, Doireann Maddock, Senior Perawat Jantung di British Heart Foundation, menyatakan bahwa temuan tersebut di atas masih belum menjelaskan dengan gamblang alasan mengapa kekuatan pegangan harus berkaitan dengan penyakit kardiovaskular. Maka dari itu, perlu adanya penelitian lebih lanjut.

Namun begitu, setidaknya tetap ada kabar baik, yaitu orang semakin tahu faktor resiko penyakit kardiovaskular. Selain itu, para ahli kesehatan tersebut juga selalu mengimbau agar setiap individu mengusahakan diri mengurangi dampak dari faktor resiko tersebut, tentu saja dengan menerapkan pola hidup sehat, seperti berhenti merokok, aktif olahraga, dan makan makanan yang sehat.

Nah, guys, jangan terburu kebakaran jenggot, ya. Walaupun jabatan tanganmu lemah tapi kalau kamu menjalani pola hidup sehat dan sesekali check up ke dokter, bisa jadi kondisi kesehatanmu tidak bermasalah. Hasil penelitian di atas hanya resiko, belum tentu terjadi kalau sedari awal kita bisa melakukan tindakan pencegahan. Selalu hidup sehat ya, guys!