Brilio.net - Banyak yang mengatakan bahwa kamu adalah apa yang kamu makan. Namun, penelitian terbaru menunjukkan sebaliknya, lho, yaitu kamu merasakan apa yang kamu makan.

Para ilmuwan telah berfokus pada psychobiotics, jenis bakteri yang ditemukan dalam makanan tertentu yang dapat menghasilkan dan menyampaikan bahan kimia penting (seperti serotonin) ke otak. Penemuan ini dapat menjadi pendekatan baru mengobati masalah kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan.

Psychobiotic adalah bagian dari probiotik, yaitu bakteri yang membantu pencernaan dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Sekarang ini, kamu bisa mendapatkan probiotik seperti dalam yogurt, jus, dan bahkan cokelat. Nah, namun begitu, probiotik ternyata bisa memiliki dampak pada gangguan mood atau suasana hati.

Seperti dilansir brilio.net dari laman SELF, Senin (1/6), bukti kuat dari psychobiotic adalah sebuah penelitian dari University College Cork di Irlandia. Penelitian ini diberlakukan kepada tikus yang depresi sehingga mereka bisa berenang lebih keras dan sistem kekebalan tubuh mereka membaik setelah menelan bakteri tertentu, yaitu Bifidobacterium infantis.

Sedangkan pada manusia, walaupun langka, studi University of California di Los Angeles menunjukkan bahwa wanita yang makan yogurt dengan probiotik sebanyak dua kali sehari selama satu bulan, mengalami perubahan yang berbeda di bagian otak yang berkaitan dengan emosi, saat para ilmuwan meneliti mereka menggunakan teknologi MRI fungsional. Peningkatan atau perubahan tersebut terjadi akibat sesuatu yang disebut "sumbu otak-usus", yakni hubungan antara otak dan miliaran mikroorganisme yang hidup dalam sistem pencernaan kita.

Sementara itu, obat-obatan seperti Valium mencapai otak melalui aliran darah, yang percaya bahwa beberapa bakteri tertentu meningkatkan kinerja neurotransmitter suasana hati dengan mengirimkan sinyal melalui saraf vagus yang membentang antara otak dan perut.

Nah, setelah ada penemuan psychobiotic, apakah yogurt akan menggantikan obat-obatan antidepresan dan sejenisnya? Mungkin tidak. Pasalnya, Ted Dinan MD, psikiater dan peneliti Irlandia yang menciptakan psychobiotic, menyatakan konsumsi psychobiotic perlu dalam jumlah yang lebih besar ketimbang konsumsi probiotik alami yang ada dalam makanan. Itu artinya, bisa saja orang mengonsumsi pil lebih banyak, bukan sekadar yogurt saja.

Lebih lanjut, eksperimen probiotik tersebut juga masih dalam progres. Tapi karena bakteri alami umumnya menyebabkan risiko yang lebih rendah dibandingkan obat-obatan untuk mental illness, maka Dr. Dinan mengatakan jangka waktu pemasaran psychobiotic akan lebih cepat dibandingkan dengan obat-obatan yang melalui proses persetujuan Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat. Artinya, keberadaan psychobiotic akan dapat diperoleh dalam beberapa tahun ke depan.