Brilio.net - Di dalam Alquran terdapat ayat yang jika dibaca secara literal maka seolah mendorong seorang suami melakukan kekerasan pada istrinya. Ayat tersebut adalah surah An nisa 34 yang di dalamnya terdapat kalimat berbunyi, "...Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka."

Nusyuz merupakan kondisi merajuk berat sehingga sang istri tak patuh lagi pada suami, hingga berani membentak dan membantah, bahkan pergi dari rumah.

Mengenai hal ini Alawy Ali Imron menjelaskan dalam bukunya Dari Seks dalam Rumah Tangga Hingga Bohong Pada Suami yang dikutip pada Senin (13/7), kata-kata "wadhribuuhunna" (pukullah mereka) berasal dari kata dharaba yang banyak disebutkan dalam Alquran, namun dengan arti yang tidak mutlak "memukul". Beberapa ayat yang menggunakan kata dharaba memang diartikan "memukul", namun objeknya adalah benda mati semisal batu atau laut (dalam kisah nabi musa). Atau ayat-ayat yang menerangkan kemurkaan Allah pada orang-orang yang mendustakan-Nya. Arti lain dari dharaba adalah membbuat contoh, mencari rejeki, menegakkan, bepergian, pencegahan, dsb.

Alawy menjelaskan, sangat tidak tepat jika seorang suami melakukan kekerasan pada istri dengan alasan perintah syariat. Teguran terhadap istri yang "kelewatan" itu ada tahapannya. Mula-mula dengan nasihat, lalu berdialog dengan baik, lalu didiamkan, terakhir dibiarkan tidur sendirian di ranjang. Setelah semua tahapan ini belum menemui jalan terang, maka solusinya adalah bercerai, dengan catatan harus dengan baik-baik.

Sebagian ahli tafsir memang mengartikan dharaba dengan "memukul", tetapi itu pun hanya memakai batang siwak yang berukuran kecil. Diupayakan benar menghindari kekerasan, sebab bagi perempuan yang memiliki perasaan yang lembut hal ini akan sangat berpengaruh secara psikologi. Minoritas ulama mengartikan dharaba sebagai "membiarkan" serta "menahan di dalam rumah" (tidak dibolehkan keluar rumah dan didiamkan).

Nabi Muhammad SAW pun mencontohkan perlakuan yang sebisa mungkin menghindari kekerasan. Menghadapi istrinya yang merajuk, nabi malah menggoda dengan mencubit hidungnya. Jika beliau marah pada istri-istrinya, maka beliau akan diam membiarkan tanpa menyapa atau menjenguk, namun tetap menafkahi mereka secara lahir. Nabi tidak pernah memukul istrinya meski hanya sekali.

Alawy menyarankan, seperti yang didapatkannya dari gurunya, memperlakukan istri yang sedang merajuk adalah dengan mendiamkannya, ketika tidur berdua berikan posisi memunggungi dan tanpa sapaan. Perempuan pada dasarnya tidak akan kuat disikapi demikian dan cenderung untuk memulai berbaikan.

BACA JUGA:

Sri Lestari, penderita paraplegia dengan semangat membara

Wow, desa ini masih mempertahankan tradisi menenun stagen

Berkreasi membuat tong sampah unik, napi Pekalongan kebanjiran order

Anak tukang tambal ban ini hanya butuh 16 bulan hafal al quran 30 juz

Luna si kuda pustaka keliling 3 desa di Gunung Slamet pinjamkan buku

Keikhlasan bocah autis bantu ibunya jualan kaset pita jadul

Teman alami gangguan penglihatan, Sadiyah ciptakan meja baca pintar

Pelajar ini 3 tahun menggendong temannya yang cacat ke sekolah