Brilio.net - Rasa sedih yang dialami seseorang secara tak langsung berpengaruh pada kesehatan. Misal, seseorang yang mengalami patah hati atau kecewa bisa jatuh sakit karena psikologisnya berpengaruh pada kerja organ tubuh. Penelitian terbaru, berkata sebaliknya.  Bukan hanya kesedihan, ternyata kebahagiaan juga bisa menimbulkan efek yang sama.

Dilansir brilio.net dari sciencealert.com, Sabtu (12/3), para ilmuwan menemukan bahwa peristiwa bahagia dalam hidup kita dapat memicu kondisi jantung langka yang dikenal sebagai sindrom Tokotsubo (TTS), ditandai dengan melemahnya sementara otot-otot jantung.

Fakta ini ditemukan pada tahun 1990, penelitian telah menghubungkan gangguan sindrom Tokotsubo atau 'sindrom patah hati' dengan gangguan emosi yang parah, seperti kesedihan, kemarahan, dan ketakutan. Penderita merasakan nyeri dada dan sesak napas, dan kondisi akhirnya dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian.

Sebuah tim dari University Hospital Zurich di Swiss mendata dari 1.750 TTS pasien yang terdaftar, terdapat beberapa orang yang terkena sindrom patah hati setelah mengalami peristiwa bahagia. Dari 485 kasus di mana TTS bisa dikaitkan dengan pemicu emosional. Sementara itu 465 kasus atau 96 persen pemicunya adalah sedih dan stres dan 20 kasus atau 4 persen di mana itu lebih positif.

Momen kebahagiaan ini seperti ulang tahun, pernikahan, perayaan kemenangan, kelahiran baru. Sementara peristiwa menyedihkannya seperti kematian orang yang dicintai, kecelakaan, menghadiri pemakaman dan masalah hubungan percintaan.

Salah satu peneliti, Gadhri, menyarankan bahwa dokter harus mempertimbangkan temuan baru ini sebagai pertimbangan ketika seorang pasien mengeluh nyeri dada dan sesak nafas. Meskipun tak ada peristiwa sedih yang baru dilewatinya, TTS bisa menjadi penyebabnya. Dalam kedua kelompok sedih dan bahagia, TTS ditemukan lebih umum pada wanita dan orang tua, yang menyatakan bahwa sebagian besar kasus TTS terjadi pada wanita pascamenopause.

Tim peneliti ini sekarang ingin meneliti lebih lanjut mengenai mekanisme yang memicu sindrom Takotsubo. Christian Templin, salah satu ilmuwan yang bekerja pada studi tersebut, mengatakan ia percaya TTS adalah "contoh klasik dari mekanisme terjalinnya sistem umpan balik" yang melibatkan rangsangan psikologis dan fisik bersama-sama. Ada kemungkinan bahwa kedua peristiwa bahagia dan sedih memicu respon yang sama di sistem saraf pusat, katanya.