Brilio.net - Manusia tidak pernah lepas dari situasi tertekan. Stres adalah kondisi emosi seseorang saat tertekan.

Nah, tapi ternyata, stres bukan hanya berasal dari hal negatif, misalnya putus dari pacar, utang menumpuk, cekcok dengan orangtua, dan sebagainya.

Ada beberapa alasan yang tidak kamu duga dan bisa menyebabkan kamu merasa cemas dan gelisah. Berikut adalah alasan-alasan tersebut seperti yang dikutip brilio.net dari health.com. Check this out!

1. Partner hidupmu
Sekalipun punya hubungan yang harmonis dengan pasanganmu, baik itu suami atau istri atau bahkan masih berstatus pacar, belum tentu menjamin hidupmu mulus seperti jalan tol alias bebas hambatan. Pasti ada saja hal yang menjadi perselisihan, baik yang sepele maupun prinsipil.

Misalnya saja buat kamu yang masih pacaran, urusan yang cewek suka kerapian, sedangkan yang cowok suka acak-acakan, dan hal ini selalu berulang, bisa jadi sumber masalah. Bagi kamu yang sudah menikah dalam usia muda, bisa jadi bentrokan prinsip, misal soal kebiasaan bangun tidur bisa saja menjadi dibesar-besarkan.

Ken Yeager, seorang profesor psikiatri dari Ohio State University Wexner Medical Center, menyatakan bahwa sebaiknya kamu mencari keseimbangan satu sama lain. Kamu bisa menyempatkan waktu berdua untuk bertukar pikiran, saling bicara dari hati ke hati, dan kembali mengingat alasan semula kalian menjalin hubungan bersama.

2. Setiap hari terasa menyebalkan
Didamprat bos padahal kamu sudah bekerja dengan baik, itu bakal membuatmu kesal setengah mati. Hal sepele pun bisa merusak mood-mu seharian. Misalnya saja, menunggu teman yang ngaret sampai berjam-jam, angkutan umum ngetem sejam sampai kamu telat kuliah atau ngantor, ban motor bocor di tengah jalan dan kamu tidak menemukan tukang tambal ban, dan masih banyak hal lain yang bukan hanya terjadi sekali atau dua kali. Benar, tidak?

Nah, menurut Yeager, terkadang kita harus lebih santai dan menyadari bahwa kita sudah memberikan yang terbaik.

3. Stres yang dialami orang lain
Seperti emosi-emosi yang lain, stres itu juga menular, lho. Kamu bisa merasakan stres ketika ada orang lain di dekatmu mengalami peristiwa traumatik, misalnya kecelakaan atau mengalami penyakit kronis. Kamu pasti merasa merinding sendiri. Bisa jadi kamu merasa cemas, takut jika kejadian serupa bisa saja menimpamu.

"Kita cenderung tidak memikirkan sesuatu yang membahayakan sampai hal itu menghampiri kita," ujar Yeager pada health.com.

4. Media sosial
Ini nih, yang lagi tren sekarang ini. Kamu yang suka bermedia sosial ria, kudu hati-hati. Sebuah studi dari Pew Research Center menyatakan bahwa akun jejaring sosial justru membuatmu lebih 'peka' terhadap situasi yang bikin stres.

Sederhananya, saat kamu membaca status temanmu menyedihkan atau yang bikin tertekan, itu bisa memicu kamu stres juga. Belum lagi, kalau temanmu up date baju baru, gadget baru, pacar baru, sedangkan kamu masih dengan yang itu-itu saja. Padahal kamu tipikal mudah ingin ini-itu.

Duh, lebih baik kamu jauh-jauh dari media sosial, deh. Yang bikin iri, bikin kamu semakin merasa tidak bersyukur terus stres banget, lho.

5. Munculnya distraktor
Ada dua macam distraktor, menyenangkan dan tidak. Distraktor menyenangkan adalah ketika kamu lelah bekerja, eh, pas jam istirahat, pacar atau teman-temanmu mengajak hang out bareng. Sedangkan distraktor yang bikin bad mood itu adalah ketika kamu memikirkan sesuatu yang justru bikin kamu tidak tenang selama mengerjakan tugas utama.

Ambil saja contoh, kamu mau presentasi di depan bos besar. Kamu sudah cemas duluan tentang respons bos besar, pertanyaan yang akan diajukan, jangan-jangan nanti dikonfrontasi habis-habisan, dan segala tetek bengek sesuatu yang belum tentu terjadi. Yang seperti ini bikin kamu cemas dan stres sendiri, deh.

Nah, gimana cara mengatasinya? "Stres dan kecemasan cenderung turun ketika pikiran kita fokus untuk apa yang terjadi saat ini," tutur Richard Lenox, direktur Student Counseling Center di Texas Tech University.

6. Sejarah semasa kanak-kanak
Peristiwa traumatik yang terjadi ketika kita anak-anak bisa memberikan efek berkelanjutan sampai dewasa. Salah satu contoh sederhananya adalah pembuktian para peneliti.

Mereka menunjukkan bahwa anak-anak dengan orangtua yang memiliki gangguan kecemasan sosial, memberikan peluang anaknya juga mengalami hal yang sama. Hal ini mungkin bukan karena gen yang diturunkan, melainkan pola asuh orangtua kepada anak mereka. Bisa saja orangtua yang tidak terlalu hangat dalam mengasuh dan menuntut anak menjadi sempurna adalah pemicu anak sering merasa tertekan dari waktu ke waktu.

7. Teh dan cokelat
Siapa sangka ternyata teh dan cokelat justru memicu stres? Meminum beberapa cup teh sekali waktu atau memakan satu batang cokelat murni juga tidak baik, lho. "Cokelat adalah sumber kafein besar," kata Yeager.

Dia pun menambahkan bahwa terlalu banyak kafein bisa menimbulkan gangguan tidur, masalah pencernaan, dan emosi mudah tersinggung.

8. Terlalu berharap
Berharap itu sangat dianjurkan karena itulah alasan kita bersemangat menjalani kehidupan sehari-hari. Tapi kalau ketinggian dan tidak mempersiapkan plan lain, sudah pastilah kita merasa kecewa dan larut dalam kesedihan.

Akibatnya perasaan gagal dan tertekan tak bisa terhindarkan. Yeager menyarankan bahwa kita boleh memasang target dan berharap terhadap kemungkinan yang ada dalam hidup kita tapi harus tetap realistis. Jangan lupa, kalau memang kita berharap lebih, usaha kita pun harus dimaksimalkan pula.

9. Reaksi terhadap stres
Kalau kamu mengira untuk mengatasi stres dan kesedihan justru lari pada menambah jam kerja, melewatkan waktu istirahat, dan memperbanyak mengonsumsi junk food, kamu salah besar. Ibarat pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga.

Kamu sudah stres, kamu tumpuk lagi dengan hal lain yang tidak sehat. Bukan hanya tertekan secara psikologis, salah-salah kamu malah jatuh sakit. Maka dari itu, ketika merasa tertekan, lebih baik kamu mulai berolahraga dan mulai mengonsumsi makanan sehat. Itu jauh lebih baik.

10. Multitasking
Kamu yang punya kebiasaan melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu, please, stop it! Hal itu hanya akan menurunkan produktivitasmu dan meningkatkan tingkat stresmu. Bagaimana tidak? Kamu harus memecah fokusmu terhadap banyak hal. Belum lagi, bila kebanyakan dari tugasmu itu memiliki tenggat waktu yang bersamaan sedangkan tenagamu terbatas.

Mulai sekarang, fokus pada pekerjaan satu per satu. Dengan begitu kamu bisa mengerahkan seluruh energi dan kapabilitasmu sehingga output pekerjaanmu juga lebih maksimal.

11. Nonton pertandingan olahraga
Nah, bagi kamu yang suka nonton sepak bola atau basket, seringnya punya jagoan sendiri-sendiri, bukan? Jody Gilchrist, seorang praktisi perawat di University of Alabama di Birmingham’s Heart and Vascular Clinic menyatakan bahwa menonton olahraga dapat memicu sistem saraf simpatik, melepaskan adrenalin dan mengurangi aliran darah ke jantung.

Tapi itu hanya sementara. Seiring waktu justru menyebabkan stres kronis dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Terlebih jika kamu menambahnya dengan pesta alkohol atau makanan yang menyumbangsih naiknya tekanan darah atau yang tidak sehat.

Lalu, belum lagi kalau ternyata tim kebanggaanmu kalah. Sedih, kecewa, dan bisa stres juga, bukan? Untuk mengatasinya, anggaplah bahwa pertandingan tersebut bukanlah di dalam kontrolmu. Yang perlu kamu kontrol adalah dirimu sendiri supaya terhindar dari efek-efek emosi yang bikin kamu stres setelah nonton pertandingan olahraga favoritmu.

12. Gadget
Sudah jadi rahasia umum sering menggunakan ponsel canggih, berada di depan komputer, terlalu banyak menonton televisi, bisa menimbulkan efek berbahaya radiasi terhadap tubuh kita. Namun, bukan hanya fisik saja yang terdampak. Mental kita pun juga ikut terpengaruh.

Membaca e-book atau hanya mengecek status di akun jejaring sosial saat menjelang tidur, bisa juga memicu gangguan tidur. Akibatnya, kualitas tidur kita terganggu. Bangun tidur jadi lemas dan badan sakit semua. Mood seharian bisa loyo. Efeknya? Stres juga ujungnya. Jadi, pergunakanlah gadget seperlunya.

13. Kesehatan yang bagus
Memang dianjurkan untuk bergaya hidup sehat, mulai dari mengatur pola makan sampai olahraga rutin. Tapi apa jadinya jika kita menjadi sangat perfeksionis terhadap gaya hidup sehat? Justru kita merasa tidak tenang menjalani hidup.

Bahkan ketika kita merasa melanggar sedikit saja dari pakem yang telah kita tentukan, merasa bersalah dan sedih. Ujungnya? Ya stres lagi. Atau ketika sudah berhasil menurunkan berat badan, eh, naik lagi. Stres lagi. Tidak akan ada habisnya. Jadi, sewajarnya saja dalam menerapkan gaya hidup sehat.

12. Pekerjaan rumah
Bagi kamu yang terbiasa mengerjakan tugas membereskan rumah oleh pembantu, akan sangat tertekan bila ternyata pembantumu sakit, pulang kampung, bahkan berhenti. Klise sekali.

Tapi memang ini akan mempengaruhi dirimu. Kamu jadi lebih banyak pekerjaan, padahal sebelumnya kamu hanya perlu sibuk dengan urusan kuliah atau kantor, pulang sudah bersih dan siap segala sesuatunya. Lalu berubah harus mengerjakan A-Z pekerjaan rumah sendiri. Ini sering muncul pada kamu yang mungkin sudah berkeluarga. Atau bisa saja kamu yang nge-kos dan seringnya dibantu pembantu untuk membereskan rumah kos yang lepas dari induk semang.

13. Ketidakpastian
Hal yang pasti-pasti saja bisa bikin kecewa apalagi yang tidak pasti. Betul? Situasi yang bikin kamu bingung dan tidak dapat merancang rencana ke depannya, bisa membuatmu gelisah dan akhirnya sama sekali tidak bisa rileks. Belum lagi kalau ternyata kita menghadapi sesuatu yang terus berubah-ubah setiap waktunya tanpa kita duga.

14. Hewan peliharaan
Biasanya, kamu yang memang pencinta binatang, akan terlibat emosi dengan binatang kesayanganmu. Kamu akan bingung dan stres ketika dia sakit. Bisa juga kamu jengkel ketika dia justru berulah buruk. Bahkan kamu bisa sangat sedih ketika dia mati. "Hewan peliharaan merupakan sumber positif dari cinta yang tulus, tapi pada saat yang bersamaan bisa menghabiskan banyak energi," papar Yeager.

15. Pendidikan
Semakin tinggi derajat pendidikan seseorang dan bergengsi asal kampus, biasanya memiliki peluang masuk di perusahaan ternama pula. Tidak jarang untuk mereka yang punya pengalaman pekerjaan bagussebelumnya, juga bisa lebih cepat menduduki posisi tinggi di kantor baru.

Tapi sayangnya, semakin bagus atau tinggi posisi pekerjaan seseorang, tanggung jawabnya pun semakin kompleks. Yang membuat pusing dan bahkan stres ketika dia harus mengelola bawahannya. Para bawahannya itu pasti memiliki karakter masing-masing. Sehingga bisa saja menganggu konsentrasimu melakukan pekerjaan.

Nah, sudah tahu gambarannya, bukan? Ternyata banyak sekali yang bisa bikin kita stres. Tapi pada dasarnya adalah kembali pada diri sendiri untuk mengelola aktivitas dan emosi diri supaya tetap dalam batas ambang normal. Bukankah sesuatu yang berlebihan itu tidak baik? Stay positive thinking, ya.