Brilio.net - Hampir seluruh kursi di Graha Bhakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki, Jakarta dipenuhi penonton, akhir pekan lalu. Mereka datang untuk menyaksikan gelaran Arture 2016 bertajuk The Prophecy of Catastrophe. Tapi jangan mengira pertunjukan ini dimainkan para pelakon teater profesional seperti Teater Koma ya.

"Usulan untuk tampik di GBB ini tidak langsung disetujui pihak kampus. Sehingga kami harus bisa kasih argumen yang kuat kenapa harus di TIM dan tidak di kampus seperti biasanya. Karena di GBB baik dari sisi panggung, lighting, hingga kenyamanan penonton menyaksikan sebuah teater sangat baik," kata Cindy Gani, Pimpinan Produksi Arture 2016.

U-Fest © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/islahuddin

Cindy menegaskan, mempersiapkan Arture 2016 bukanlah hal gampang. Banyak halangan yang harus dihadapi. Banyak juga pihak yang beranggapan pementasan tersebut tidak akan sukses jika diadakan di GBB. Tetapi dengan modal keyakinan dan kerja keras, semua halangan itu berhasil dilewati para anggota dan panitia Arture 2016.

"Acara tersebut benar-benar di luar ekspetasi. Para pemain tampil dengan sangat total, benar-benar berbeda dengan ketika latihan. Arture 2016 sangat sesuai harapan, dan semoga kedepannya Arture 2017 dapat terus berlanjut dan lebih baik lagi," kata Cindy.

U-Fest © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/islahuddin

Pertunjukan ini sejatinya adalah puncak acara U-Fest MMXVI yang digelar Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Ini untuk pertama kalinya lho, U-Fest UMN diadakan di TIM yang merupakan habitat para seniman nasional. Aksi panggung sekitar 96 mahasiswa ini sangat memukau. Mereka merupakan anggota beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) seperti Qorie, Ultimasonora, Teater Katak, Tracce, dan lainnya.

Penonton nggak hanya dimanjakan tata panggung dan permainan cahaya yang menakjubkan, namun juga akting para pemain layaknya seniman teater profesional. Pementasan ini nggak cuma menampilkan cerita yang apik dan rada nyentil, tapi juga memberikan nuansa kreativitas. Bayangkan saja, mereka sangat apik memadukan tarian tradisional dengan modern, termasuk capoeira.

U-Fest © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/islahuddin

"Pertama pihak BPH dan kampus meminta alur cerita yang mengandung unsur kenusantaraan yang cocok dengan UKM yang ada di UMN. Dari sana kemudian dicari konsep yang bisa memasukkan unsur-unsur luar negeri yang diadopsi UKM seperti Korea, Jepang, Amerika, dan Brazil. Kemudian dapatlah konsep perlombaan di Indonesia yang menggambarkan kenusantaraan," kata Cliff Moller, Penulis Naskah Arture 2016.

U-Fest © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/islahuddin

Kisah yang mereka tampilkan pun nggak jauh-jauh dari kehidupaan anak muda, seputar urusan cinta. Layaknya kisah era kerajaan, yang namanya sayembara kerap jadi bagian kehidupan. Dalam pentas ini, dikisahkan persaingan untuk menjadi raja di Kerajaan Raja Arya yang diikuti raja-raja dari negeri Utara, Selatan, Barat, dan Timur. Sayembara ini unik, karena calon suami sang putri tidak hanya yang ikut menjadi peserta, tapi bisa diwakilkan. Sayebara tersebut digelar karena Cempaka, sang putri raja merasa sudah menjadi perawan tua. Cempaka sebenarnya sudah memiliki kekasih, anak kepala desa. Tapi nggak disetujui raja.

U-Fest © 2016 brilio.net

foto: brilio.net/islahuddin

Di tengah persaingan, golongan para jin yang pernah dikalahkan mendiang Raja Sanjaya, raja pertama Kerajaan Raja Arya, ingin membalas dendam. Mereka pun berniat megambil alih kerajaan manusia. Beruntung roh Raja Sanjaya bisa kembali dihidupkan, sehingga sang raja jin takluk. Di akhir cerita, kelompok jin haus menyerah. Hanya saja, sayembara yang digelar jadi berantakan. Cempaka pun tetap menjadi perawan tua.