Brilio.net - Saat ini banyak anak muda yang mampu menunjukan potensi mereka dalam karya-karya kreatif. Malah nggak jarang karya mereka bisa membuat decak kagum dan dinikmati banyak orang.

Tentu saja, kemampuan mereka mengolah ide kreatif  tak lepas dari proses belajar mengembangkan ide-ide tersebut. Apalagi saat ini banyak lembaga yang menyelenggarakan kegiatan workshop atau ajang asah kreativitas.

Salah satunya Go Ahead Challenge (GAC), kompetisi kreatif yang telah berjalan selama lima. Lewat ajang ini anak-anak muda diajak mengembangkan ide-ide mereka melalui program saling berbagi dan mentoring untuk menciptakan karya kreatif tanpa batas.

GAC © 2019 brilio.net Anton Ismael (kedua kiri) usai sesi wawancara di Jakarta (brilio.net/yani andryansjah)

Melalui kegiatan yang mengusung tagline karya gak tau batas, ajang ini melibatkan sejumlah praktisi di bidang kuliner, musik, visual art, dan fotografi sebagai kurator. Dari proses seleksi yang telah dilakukan, akhirnya penyelenggara GAC 2018 berhasil memilih 18 finalis.

Oh iya panel kurator GAC 2018 terdiri dari Bill Satya, Widi Puradireja, Jason Ranti, Naufal Abshar, Kendra Ahimsa, William Gozali, dan Martin Natadipraja. Ke-8 kurator tersebut telah menyeleksi berbagai ide-ide unik dan berani dari seluruh penjuru Indonesia dan memilih 18 finalis yang berhasil terjaring dengan ide terbaik untuk dapat mendobrak batas meleburkan dua passion mereka demi menciptakan ‘Karya Gak Tau Batas’.

Nah sejak 20-26 Januari 2019, para finalis kembali diajak mengasah skill lewat program creative academy yang digelar di Panhead Cafe di bilangan Radio Dalam, Jakarta Selatan. Di creative academy ini, para finalis didorong untuk menggali potensi mereka lebih jauh di bawah bimbingan langsung dari delapan kurator ahli pada bidang musik, visual art, fotografi, dan kuliner secara intensif.

GAC © 2019 brilio.net Proses pembuatan karya Finalis Go Ahead Challenge 2018 didampingi Jason Ranti salah satu kurator di bidang musik (dok.GAC)

“Acara ini (creative academy GAC) untuk mengarahkan para finalis bisa membuat karya sekreatif mungkin. Saya sebagai kuratoor sekaligus juri nantinya akan memilih karya terbaik. Tapi bukan cuma sekadar melihat hasil karyanya saja, tapi bagaimana proses dan cerita di balik karya itu,” ujar Anton Ismael, kurator bidang fotografi yang sekaligus fotografer andal penggagas Kelas Pagi tersebut dalam sebuah sesi wawancara baru-baru ini.

Menurut Anton saat ini banyak orang (anak muda) bermimpi menjadi sukses dan terkenal dengan berkarya. Namun, tak banyak di antara mereka yang paham bahwa berproses untuk berkembang penting untuk dilalui sebelum menuai beragam pujian, salah satunya dengan mencari panggung lewat kompetisi.

Karena itu menurutnya ajang GAC membuka ruang sebebas mungkin bagi siapa pun yang ingin belajar langsung dari para ahli untuk dapat berkarya dan menjadi apa pun yang mereka mau.

GAC © 2019 brilio.net Sesi konsultasi one on one finalis GAC 2018 dengan Naufal Abshar (kiri), salah satu kurator di bidang Visual Art (dok.GAC)

Ajang ini (GAC), kata Anton, sudah banyak menelurkan para pelaku industri seperti Raditya Bramantya, Rebellionik, Rato Tanggela, dan lainnya. Kali ini GAC semakin terbuka dengan beragam bidang dan keterlibatan para kurator andal untuk membantu Go Ahead People terpilih, menggali passion mereka serta menjawab berbagai keraguan maupun tantangan melalui proses berkarya yang matang.

“Kali ini kami terlibat dalam Creative Academy yang memiliki sesi konsultasi serta pelatihan secara intens dalam mewujudkan karya mereka,” jelas Anton.

Dalam creative academy yang juga merupakan proses seleksi pemenang GAC 2018, para finalis diharapkan bisa memaparkan kembali ide mereka di hadapan para kurator. Setelah menemukan pasangan kurator yang tepat, mereka dapat bebas berkonsultasi secara one-on-one serta melalui proses mentoring intensif untuk kemudian ditantang menuangkan ide tersebut ke dalam proses berkarya.

Salah satu finalis asal Maluku yang berani menggabungkan passion visual art dan musik, Muhammad Fahaad Dininubun, mengungkapkan antusiasmenya dalam mengikuti Creative Academy dan bersaing untuk menjadi juara GAC 2018 di malam GAC 2018 Artwarding hari ini (26 Januari 2019) yang diselenggarakan Level7.

GAC © 2019 brilio.net Sesi konsultasi one on one finalis GAC 2018 dengan Widi Puradiredja (kiri), salah satu kurator di bidang musik (dok.GAC)

Selama ini Fahaad belajar berkarya secara otodidak, namun kini dengan berpartisipasi di ajang GAC, ia berkesempatan belajar langsung dari para kurator hebat yang dapat membimbingnya mengasah skill dan menggali passion demi berkarya sebebas mungkin.

“Saya sendiri membawa ide untuk membuat alat yang dapat berfungsi ganda baik itu mengeluarkan bebunyian atau nada sekaligus memberikan pattern warna. Alat musik tersebut saya beri nama ‘The Big Rabbit Troya’ yang dapat mengiringi saya dalam membacakan puisi sekaligus untuk dapat menghasilkan suatu lukisan,” kata Fahaad.

Fahaad yang mendapatkan mentoring dari Naufal Abshar dan Jason Ranti, mengaku awalnya ragu menuangkan ide tersebut. Akhirnya ia berani memutuskan submit ide di goaheadpeople.id. “Dengan dorongan dari sahabat, saya memberanikan diri dan berharap melalui GAC ini kata ‘tapi’ yang selama ini ada di benak saya dapat berubah menjadi bukti nyata melalui karya,” tambahnya.

GAC © 2019 brilio.net Proses pembuatan karya Finalis Go Ahead Challenge 2018 yang di dampingi Bill Satya salah satu kurator di bidang Fotografi (dok. GAC)

Selain Fahaad, para finalis lain yang juga terlibat memiliki ide-ide berani yang menarik. Mulai dari penggabungan mural dan video mapping, ide untuk melukis dari bahan-bahan makanan, hingga karya alat musik kontemporer untuk menghasilkan perpaduan warna geometris. Konsep-konsep tersebut merupakan yang terunik yang berhasil disaring dari pengumpulan ide yang dilakukan sejak Oktober–Desember 2018.

Melihat berbagai ide-ide berani yang tersaring melalui ajang ini, Naufal Abshar, kurator di bidang visual art merasa tertarik bahkan tertantang membantu para finalis mewujudkan karyanya. Menurutnya creative academy merupakan channel yang tepat untuk mengubah ide menjadi konsep lalu diwujudkan dalam karya.

Seminggu penuh para finalis menjalani boot camp bersama para kurator. Karena itu Naufal berharap para finalis dapat membuka diri untuk mendapat ilmu, wawasan, bahkan network baru. “Ini merupakan ajang pengembangan diri yang penuh inspirasi dan menjadikan GAC sebagai kompetisi multidisiplin yang sangat menjanjikan di industri kreatif,” papar Naufal.

Oh iya, semua karya dari 18 finalis GAC 2018 dapat dinikmati pada GAC 2018 Artwarding Night di Queenshead Kemang, hari ini. Selain ajang apresiasi tersebut, para pemenang GAC 2018 nantinya juga akan menjalani berbagai program pengembangan diri dengan para tokoh ternama di bidangnya. Tuh seru kan?  

Nih kegiatan mereka dalam boot camp creative academy