Brilio.net - Bertempat di Hotel Gaia Cosmo, Yogyakarta pada Kamis (9/3) telah dideklarasikan sebuah platform strategis informasi festival-festival di Yogyakarta bernama Jogja Festival. Kehadiran Jogja Festivals di kota dengan banyak sebutan ini merupakan salah satu langkah untuk menjadikan Yogyakarta sebagai Kota Festival Dunia.

Sebelumnya, kota festival di dunia diidentikkan dengan Kota Edinburgh, Skotlandia. Berbagai festival juga terselenggara di sana. Melalui Jogja Festivals, para pihak yang tergabung di dalam sini ingin menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota festival.

Nah, penasaran seperti apa Jogja Festivals itu? Ini dia lima fakta menarik Jogja Festivals, platform pemersatu festival di Yogyakarta, yang sudah dirangkum brilio.net, Sabtu (11/3).

1. Pertama kali di Asia.

Jogja kota Festival © 2017 brilio.net


Latar belakang dibentuknya Jogja Festivals bermula dari lokakarya Manajemen Festival Kota yang diselenggarakan oleh British Council pada 2015 lalu. Pada lokakarya tersebut dihadirkan seorang Head of Marketing and Innovation Festivals Edinburgh, James McVeigh. Berawal dari lokakarya tersebut, para punggawa festival di Yogyakarta terus berkumpul hingga tercetusnya Jogja Festivals.

Menurut Heri Permad selaku Direktur Jogja Festivals yang juga pendiri ART JOG menyebutkan, "Jogja Festivals ini bukan untuk membuat sebuah acara baru, tetapi sebetulnya untuk membuat platform branding festival yang tergabung di dalamnya."

Jogja Festivals ini menjadi sarana untuk membantu pemerintah dalam meningkatkan destinasi non-benda atau festival menjadi sarana membangun destinasi wisata. Jogja Festivals merupakan salah satu platform yang menjadi organisasi pemersatu festival pertama di Asia.


2. Menghimpun 15 festival di Yogyakarta.

Jogja kota Festival © 2017 brilio.net


Memiliki slogan experience diversity, Jogja Festivals ingin memberikan gambaran bahwa festival yang ada di Jogja cukup beragam. Siapa sangka festival-festival ternama di Yogyakarta bisa bersatu dalam Jogja Festival. Festival yang bersatu pun bukan dari satu genre.

Ada berbagai macam festival di antaranya ART JOG, Asia Tri Festival, Bedog Art Festival, Biennale Yogyakarta, Cellsbuton Yogyakarta, New Media Art Fest, Festival Film Dokumenter, Festival Musik Tembi, Jogja Blues Explosion, Jogja Festival Layang-layang Nasional, Jogja NETPAC Asia Film Festival, KUSTOMFEST, Ngayogjazz, Pesta Boneka, Yogyakarta Contemporary Music Fest dan Yogyakarta Gamelan Festival.


3. Didukung dengan berbagai stakeholders.

Jogja kota Festival © 2017 brilio.net


Dalam menuju kota Festival, Jogja Festivals pun menggaet berbagai pemangku kepentingan (stakeholders). Dalam hal ini, Jogja Festivals menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Dinas Pariwisata Yogyakarta, dan Pemerintah Kota maupun Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pada acara grand launching yang terselenggara pada Kamis (9/3) ini banyak dihadiri dari pihak seperti Wakil Bekraf, Kepala Dinas Pariwisata Yogyakarta, dan perwakilan dari Sri Sultan Hamengkubuwono X.


4. Dibentuk selama dua tahun.

Jogja kota Festival © 2017 brilio.net


Bukan perkara singkat dalam membentuk Jogja Festivals. Butuh waktu dua tahun hingga terealisasi sebuah platform festival di Yogyakarta. Organisasi ini dibentuk dari peserta lokakarya yang juga seorang punggawa dari festival-festival hits di Yogyakarta.

Sejak dari lokakarya pada tahun 2015 hingga kini baru terbentuk. Perjalanan yang cukup panjang bagi Jogja Festivals. Dinda Intan Pramesti Putri selaku Direktur Pelaksana Jogja Festivals akan membawa Jogja Festivals menjadi organisasi seperti organisasi festival di Edinburgh.


5. Yogyakarta punya banyak kemiripan dengan Edinburgh.

Jogja kota Festival © 2017 brilio.net


Jogja Festivals ini terinspirasi dari manajemen kota festival dunia di Edinburgh. Dinda Intan Pramesti Putri, Direktur Pelaksana Jogja menilai banyak kesamaan Yogyakarta dengan Edinburgh.

"Jogja punya segalanya. Jika di Edinburgh kental dengan nuansa Skotishnya, Jogja dengan Javanessenya. Edinburgh bangga dengan budaya story tellingnya, kita punya wayang. Edinburg dengan kain kotak-kotak tartan dan musiknya, sedangkan Jogja dengan batik dan gamelannya," terang Dinda Intan.


6. Aset kota festival dunia.

Di era ekonomi kreatif, Jogja Festivals hadir sebagai sebuah contoh nyata dari aset kreatif Yogyakarta. Jogja Festivals ini dibentuk secara independen. Yogyakarta memiliki aset tak benda. Aset tak benda yang dimaksud adalah beragam kesenian dan kebudayaan tradisional maupun kontemporer yang dibentuk oleh masyarakatnya.

Menurut data yang dimiliki oleh Jogja Festivals, pada tahun 2016 pengunjung 15 festival yang tergabung di Jogja Festivals mencapai 239.447 pengunjung. Angka yang tidak sedikit bagi festival berbasis kearifan lokal. Angka tersebut pun mampu menghasilkan nilai ekonomi yang tak sedikit. Langkah selanjutnya dari Jogja Festivals adalah melakukan promosi pemasaran dan publikasi untuk meningkatkan kunjungan.

Pada saat launching, Jogja Festivals juga merilis website bernama www.jogjafestivals.com sebagai sarana promosi festival kreatif di Yogyakarta.