Brilio.net - Pada awal 2020, munculnya virus baru menjadi berita utama di seluruh dunia. Virus tersebut bernama corona. Banyak peneliti menyebut jika kecepatan penularannya begitu cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya.

Kasus pertama corona muncul di pasar Wuhan pada bulan Desember 2019. Kemudian menyebar hingga ke negara-negara ke Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi mengkonfirmasi virus ini sebagai pandemi global.

Penyakit ini disebabkan oleh infeksi SARS-CoV-2 disebut COVID-19, singkatan dari penyakit virus Corona 2019. Virus ini telah mempengaruhi ratusan ribu, dengan status kematian yang terus meningkat. Bahkan hingga lebih dari 17.000 korban jiwa. 

Terlepas dari kepanikan global tentang virus ini, kamu tidak mungkin terjangkit corona kecuali kamu telah melakukan kontak dengan seseorang yang memiliki infeksi Corona. Perlu kamu ketahui bagaimana Corona baru tersebar, bagaimana jenis virus ini mirip dan berbeda dari virus Corona lain, dan bagaimana mencegah penyebarannya ke orang lain.

Berikut brilio.net rangkum penjelasan lengkap mengenai corona, dari berbagai sumber pada Senin (30/3).

 

Penjelasan struktur Corona

Penjelasan bentuk virus Corona unplash

foto: unplash.com

Banyak masyarakat seluruh dunia penasaran bagaimana bentuk dari corona ini. Tak sedikit berita terkait bentuk gambaran Corona menyebar luas di media sosial. Dilansir cordis.europa.eu, sebuah studi yang telah dilakukan oleh para peneliti yang didanai Uni Eropa di Belanda, telah mengungkap struktur tiga dimensi dari virus corona.

Temuan mereka dilakukan oleh teknik pencitraan, yang disebut cryo-electron tomography. Penemuan ini memberikan wawasan baru, mengenai sifat virus yang sebelumnya belum terjangkau menggunakan metode pencitraan dua dimensi konvensional. Dengan memahami struktur virus sangat penting untuk mengungkap cara-cara mengobati infeksi jenis ini.

Corona (CoV) menyerang peradangan saluran pernapasan atas dan saluran pencernaan hewan dan burung. Mereka diyakini bisa menyebabkan pilek pada manusia, telah dipublikasikan sebagai faktor penyebab virus SARS dan juga di belakang sejumlah penyakit pada hewan ternak.

Penelitian yang diterbitkan dalam Prosiding National Academy of Sciences (PNAS), sebagian didanai oleh Marie Curie Intra-European Fellowship dari Uni Eropa. Para ilmuwan menggunakan cryo-electron tomography, memperbaiki partikel dengan 'membekukannya'. Ini memungkinkan mereka untuk memeriksa beberapa irisan setiap virus (total 144 sampel), lalu merekonstruksinya jadi gambar tiga dimensi.

Para ilmuwan dalam studi saat ini meneliti virus hepatitis tikus (MHV), virus yang dipelajari dengan baik yang dianggap sebagai corona 'prototipe'. Keputusan untuk mempelajari MHV penting karena bentuk dan ukuran banyak corona berubah pada berbagai tahap siklus hidup sel.

Salah satu hasil penelitian mengatakan bahwa lapisan luar yang menyelimuti partikel MHV dua kali tebalnya daripada lapisan membran sel pada umumnya. Juga, isi partikel MHV sangat padat. Faktor-faktor ini dan lainnya telah membuat pemeriksaan CoV sangat sulit di masa lalu.

Para ilmuwan menentukan bahwa bentuk MHV bulat, dengan sejumlah 'paku' (yang memungkinkan mengakibatkan infeksi). Mereka juga menemukan bahwa lapisan luar tebal, terdiri dari inti protein.

 

Sifat virus corona

Penjelasan bentuk virus Corona unplash

foto: unplash.com

Corona adalah kuman yang 'mencoba' menggali ke dalam sel tubuh dan mengubahnya menjadi pabrik replikasi virus. Jika aksinya berhasil, dapat menghasilkan infeksi, penyakit pernapasan. Jenis sel yang dituju oleh virus dan cara memasukinya, tergantung pada bagaimana virus itu dibangun.

 

1. Virus Corona sensitif dengan cuaca panas

Penelitian dari Universitas Sun Yat-sen di Guangzhou, China menyimpulkan Corona menyukai suhu tertentu. Hal itu karena Corona bisa menyebar lebih cepat. Para peneliti menemukan kajian untuk menentukan bagaimana penyebaran virus Corona bisa terpengaruh oleh pergantian musim dan temperatur.

"Virus itu sangat sensitif dengan suhu tinggi yang berarti di negara lebih panas bisa mencegah virus itu menyebar dan sebaliknya di negara lebih dingin bisa menyebar lebih cepat," sebut penelitian.

Peneliti lain seperti Hassan Zaraket, asisten direktur Pusat Penelitian Penyakit Menular di Universitas Amerika Beirut mengatakan ada kemungkinan suhu lebih hangat dapat menurunkan kekuatan Corona.

"Seiring suhu yang makin menghangat, stabilitas virus ini bisa menurun dan jika cuaca bisa membantu kita mengurangi penyebaran dan stabilitas lingkungan dari virus ini maka mungkin kita bisa memutus rantai penyebarannya," katanya.

 

2. Penyebaran corona tidak mengenal suhu

Sayangnya penelitian sebelumnya sempat disangkal oleh Marc Lipsitch, dari sekolah Kesehatan Umum T.H Chan Harvard. Dia menemukan penularan Corona akan tetap terjadi dan bisa terus menyebar di berbagai kondisi suhu. Baik di wilayah dingin, kering, hingga tropis.

"Cuaca sendiri, seperti meningkatkan suhu dan kelembaban seiring musim semi datang beberapa bulan lagi di wilayah Bumi utara tidak secara langsung membuat kasus corona menurun jika tanpa penerapan aturan ketat dari otoritas kesehatan," tulis studi yang dipublikasikan Februari lalu itu. Penelitian itu juga masih menunggu evaluasi dari segi keilmuan oleh peneliti lain.

 

3. Butuh inang

Corona membutuhkan inang atau benda hidup, seperti manusia untuk bisa bertahan hidup lebih lama. Menurut Prof. dr. Amin Soebandrio, seorang pakar virus Lembaga Eijkman, virus ini tidak bisa hidup sendiri sehingga untuk bereplikasi dia membutuhkan sel hidup. Berbeda dengan bakteri, jika kita cemplungkan dalam sirup dia bisa tumbuh.

 

4. Dapat hidup di benda mati

Corona dapat hidup selama beberapa waktu di benda mati. Dilansir dari NPR, sebuah studi menemukan bahwa virus corona dapat bertahan hidup di permukaan keras seperti plastik dan stainless steel hingga 72 jam dan di atas kardus hingga 24 jam.