Brilio.net - Mungkin bagi kamu para ibu muda belum begitu paham dangan penyakit kuning pada bayi. Penyakit ini disebut juga newborn jaundice, di mana kulit dan mata bayi berubah menjadi kuning. Meski penyakit ini sering ditemui pada bayi, namun kalau warna kuning itu tak kunjung hilang juga dapat mengancam keselamatan bayi.

Seperti beberapa pekan lalu misalnya. Anak Kartika Putri yang bernama Khalisa Aghnia Bahira juga harus menjalani perawatan di rumah sakit lantaran bilirubinnya tinggi. Hal ini dikarenakan kadar bilirubin atau pigmen air empedu berwarna kuning kemerahan yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah oleh hati, cukup tinggi.

Memang penyakit kuning ini bisa terjadi pada bayi yang baru saja lahir, terutama pada bayi yang lahir prematur dan bayi yang mengalami ketidakcukupan cairan.

Umumnya kadar bilirubin pada bayi di bawah 5 mg/dL. Namun tidak sedikit bayi yang baru lahir memiliki kadar bilirubin melebihi kadar tersebut. Nah, jika penyakit ini tak kunjung diobati dapat berakibat mambuat kerusakan otak yang disebut kernikterus. Hal ini dapat menyebabkan masalah seumur hidup yang serius.

Untuk menjaga buah hati, kamu juga perlu mengenali penyebab penyakit ini agar tidak terjadi pada bayi kamu. Berikut penyebab penyakit kuning pada bayi dan cara mengatasinya, seperti dirangkum brilio.net dari berbagai sumber pada Minggu (24/11).


1. Akibat lahir prematur.

foto: freepik.com



Bayi yang terlahir prematur, kemungkinan organ dalam tubuhnya khususnya liver atau hatinya belum tumbuh dan berfungsi secara sempurna. Sehingga kurang siap untuk mengeluarkan bilirubin.

Bayi ini juga dapat memiliki masalah pada tingkat bilirubin yang lebih tinggi dari pada yang dilahirkan normal. Sehingga mengakibatkan kulit bayi terlihat kuning. Kondisi ini tergolong normal pada bayi baru lahir.


2. Masalah pada jenis darah dan bayi (inkompatibilitas Rh).

foto: freepik.com



Masalah ini terjadi ketika golongan bayi berbeda dari ibu. Jika ibu dan bayi memiliki darah berbeda, maka antibodi dalam darah ibu menyerang sel merah pada bayi. Atau kondisi di mana jumlah sel darah merah yang mati melebihi rata-rata, sehingga menyebabkan terbentuknya bilirubin lebih banyak lagi.

Misalnya ini bisa terjadi ketika ibu bergolongan darah O dan golongan darah bayi A atau B. Bisa juga karena faktor Rh ibu (rhesus atau potein yang ditemukan pada sel darah merah) adalah negatif dan dan bayi Rh positif.


3. Bayi tidak cukup mendapatkan ASI.

foto: freepik.com



Misalnya saja kasus ketika ibu kesulitan menyusui atau ASI susah keluar. Sehingga bayi tidak mendapatkan ASI yang cukup. Kondisi ini dapat terjadi dalam beberapa hari pertama kelahiran.

Jika bayi menderita penyakit kuning jenis ini sebaiknya dengan menyusui lebih sering. Sebab ASI dapat mencegah hati dengan cepat mengeluarkan bilirubin. Biasanya kadar bilirubin perlahan membaik selama 3-12 minggu.


4. Kondisi warisan yang disebut defisiensi G6PD.

foto: freepik.com



Memiliki masalah genetik yang membuat sel darah merah lebih rapuh. Sel darah merah lebih mudah terurai dalam masalah kesehatan seperti herediter spherocytosis dan defisiensi G6PD.

2 dari 2 halaman




Cara mengatasi penyakit kuning pada bayi

Meski penyakit kuning ringan dapat hilang sendiri setelah 1-2 minggu, sebaiknya ibu harus menyusui bayi lebih sering. Jika bayi tidak mendapatkan ASI secara cukup, mungkin dapat memberikan susu formula. Namun, ada juga beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua pada bayinya yang mengalami penyakit kuning ini.


1. Terapi sinar (fototropi).

foto: freepik.com



Terapi ini tergolong cara yang dilakukan paling awal ketika bayi mengalami penyakit kuning. Terapi fototropi yakni dengan cara dijemur atau menempatkan bayi di bawah sinar matahari atau perawatan dengan penyerapan cahaya dari lampu ultraviolet.

Sinar itu diharapkan dapat dapat membantu mengubah molekul bilirubin sehingga dapat dikeluarkan melalui urin atau tinja. Selama penyinaran itu biasanya bayi hanya diperbolehkan mengenakan popok dan pelindung mata.


2. Transfusi imunoglobin.

foto: freepik.com



Selain terapi sinar, ada juga penanganan dengan tranfusi imunoglobin. Penanganan ini terutama yang disebabkan perbedaan rhesus golongan darah pada ibu dan bayi.

Kondisi ini membuat bayi mendapatkan banyak antibodi dari ibu, yang akan merangsang sel darah bayi, sehingga terjadi pemecahan sel yang banyak. Nah, pemberian imunoglobin ini difungsikan untuk membantu mengurangi jumlah antibodi, sehingga penyakit kuning dapat teratasi.


3. Transfusi penggantian darah.

foto: freepik.com



Jika penanganan dengan kedua cara di atas tidak ada perubahan, maka orangtua dapat melakukan cara ketiga yakni transfusi penggantian darah. Cara ketiga ini tergolong dilakukan untuk penyakit kuning yang berat.

Transfusi darah ini dilakukan dengan cara mengambil sebagian darah dari bayi dan diganti dengan darah donor, dan dilakukan dengan cara berulang. Tujuannya agar darah dalam bayi bebas dari kadar bilirubin yang tinggi dan antibodi ibu.