Brilio.net - Setiap penyakit pada dasarnya tak pernah pandang bulu. Tidak peduli dengan status sosial yang dimiliki oleh seseorang, mulai dari pengemudi bus hingga perdana menteri, semua bisa saja jatuh sakit apabila tak menjaga kesehatannya dengan baik.

Begitu pula menyoal virus corona yang saat ini tengah merebak di berbagai negara. Covid-19 ini diketahui dapat menyerang siapapun, baik orangtua maupun muda, tanpa memandang status sosial.

Kendati demikian, dilansir oleh brilio.net dari BBC, Selasa (21/4), virus ini memiliki efek yang berbeda pada sekelompok orang. Salah satu perbedaan yang paling menonjol ialah berkaitan dengan gender. Salah satunya terlihat di Amerika Serikat. Tingkat kematian lelaki dilaporkan dua kali lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Pola serupa pun telah terlihat di Eropa Barat dan China.

Meski memang hingga saat ini belum diketahui alasan pastinya, Philip Goulder selaku profesor imunologi di University of Oxford mengatakan bahwa terdapat suatu teori yang menyatakan bahwa respons imun wanita terhadap virus memang lebih kuat.

"Respons imun sepanjang hidup terhadap vaksin dan infeksi biasanya lebih agresif dan lebih efektif pada perempuan dibandingkan laki-laki," katanya.

Pernyataan tersebut didasarkan pada fakta bahwa perempuan memiliki dua kromosom X, sedangkan pria hanya memiliki satu.

"Secara khusus, protein dimana virus-virus seperti Virus Corona baru dirasakan dikodekan pada kromosom X. Akibatnya, protein ini dinyatakan dua kali lipat dosis pada banyak sel kekebalan pada wanita dibandingkan dengan pria, dan karenanya respon imun terhadap Virus Corona baru diperkuat pada wanita," kata Goulder.

Sementara itu, kemungkinan lain bisa pula didasarkan pada pilihan gaya hidup berbasis gender.

"Ada perbedaan perilaku penting antara kedua jenis kelamin, misalnya dalam merokok. Di beberapa negara seperti China, 50 persen pria merokok, (sedangkan) perempuan 5 persen. (Hal ini kemudian) memengaruhi tingkat penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit jantung, penyakit paru-paru kronis, dan kanker. Ini memiliki dampak besar pada hasil dari infeksi seperti virus corona baru," kata Goulder.

Akan tetapi, harus diakui bahwa pada masa pandemi ini, tidak ada cukup bukti untuk mengatakan apakah ini merupakan hasil dari perbedaan biologis, perilaku, atau jika ada elemen dari keduanya.