Brilio.net - Ani Yudhoyono, istri presiden keenam Republik Indonesia, tengah menjalani perawatan intensif di National University of Singapore sejak 2 Februari 2019 lalu lantaran sakit kanker darah.

Banyak dukungan dan doa yang mengalir untuk wanita 4 orang cucu tersebut. Baik dari presiden, kalangan pejabat, pesohor negeri, hingga masyarakat awam Indonesia.

Terbaru, beredar kabar Ani Yudhoyono akan menerima donor sumsum tulang belakang dari sang adik, Pramono Edie Wibowo. Transplantasi ini berguna untuk mengganti 'pabrik' yang sudah rusak dan mengganti sel darah merah, putih, dan trombosit sehingga berfungsi seperti semula.

"Kerusakan sumsum tulang bisa terjadi karena virus, atau karena sel-sel kanker apakah itu leukemia atau kanker plasma atau pada pasien dengan anemia aplastik di mana terjadi gangguan genetik atau pengaruh obat-obatan dan paparan sinar radiasi menyebabkan gangguan pertumbuhan, nah itu digantikan dengan sumsum tulang yang baru," kata ahli kanker dr. Andhika Rachman dari RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, seperti dilansir Brilio.net dari Liputan6, Jumat (8/3).

Nah, seperti apa transplantasi sumsum tulang belakang ini? Berikut rangkuman Brilio.net dari Liputan6.

1. Pendonor sumsum tulang harus normal atau berasal dari kerabat dekat.

Menurut Andhika, sumsum tulang yang akan didonorkan harus (1) berasal dari sumsum tulang pasien yang sebelumnya telah diambil, sebelum melakukan tindakan atau "harvesting" pada sumsum tulang yang normal atau (2) dari kerabat paling dekat seperti saudara atau anak. Hal ini akan memengaruhi keberhasilan transplantasi sumsum tulang. Jika hubungan kekerabatan jauh, ditakutkan menimbulkan reaksi penolakan tinggi.

"Yang dikhawatirkan juga adalah terjadinya graft-versus-host disease (GVHD). Jadi sumsum tulang yang diberikan dirusak oleh antibodi di tubuh. Ini yang ditakutkan karena dalam posisi itu pasien bisa saja meninggal karena proses tersebut," papar Andhika.

2. Melalui proses pembersihan sel kanker.

Sebelum transplantasi, pasien kanker darah harus menerima perawatan kemoterapi untuk membersihkan tubuhnya dari sel-sel kanker.

"Seperti rumput, dibersihkan dulu semua hingga bakal rumput yang baru ditumbuhkan. Seperti itu kira-kira kerjanya," tambah Andhika seperti dilansir dari Liputan6.

Selama menjalani kemoterapi, sistem kekebalan tubuh pasien akan menurun drastis. Itulah kenapa pasien wajib masuk kamar steril supaya tidak mudah mengalami infeksi.

Hal ini dialami Ani Yudhoyono yang harus sementara terbatas berinteraksi secara langsung dengan suami, anak, dan cucu-cucunya selama menjalani perawatan. Interaksi mereka kadang harus terhalang pintu atau kaca ruangan.

3. Fasilitas kesehatan harus mumpuni.

Andhika melanjutkan bahwa semakin baik tenaga kesehatan dan layanan yang disediakan, tingkat keberhasilan transplantasi sumsum tulang akan semakin tinggi. Di Singapura, fasilitas ini sudah merambah ke pasien usia 60 tahun bahkan lebih.

Di Indonesia, tenaga ahli, dalam hal ini dokter, sudah banyak yang berkapabilitas melakukan transplantasi sumsum tulang. Namun karena fasilitas belum memadai, dan kebanyakan berlaku untuk pasien hingga usia 60 tahun saja, membuat transplantasi sumsum tulang di Tanah Air belum optimal.

"Sebenarnya menurut saya, untuk masalah teori kita cukup baik. Hanya memang masalah fasilitas tidak mendukung. Sebenarnya di Rumah Sakit swasta juga sudah ada, cuma memang berbiaya sangat tinggi. Itu yang sebenarnya tidak kita harapkan," imbuh Andhika.