Brilio.net - Gen merupakan fitur di dalam diri manusia yang menentukan hampir semua bentuk fisik serta non-fisik seperti karakter dan perilaku. Setiap manusia yang lahir pasti akan mewarisi semua gen dari orangtuanya.

Di sisi lain, tak semua gen yang diwariskan dari orangtua adalah gen yang baik. Seringkali kecenderungan perilaku seorang anak yang negatif juga menurun dari orangtuanya. Meski demikian, kita tentu tak bisa melakukan justifikasi penuh bahwa perilaku seorang anak sepenuhnya dipengaruhi gen orangtuanya.

Berikut 7 perilaku negatif yang bisa menurun secara genetik dilansir brilio.net dari Listverse, Kamis (25/7).

1. Gen kejahatan.

Varian gen MAOA dan gen cadherin 13 (CDH13) disebut sebagai "gen pejuang". Meski demikian ini bukan semata-mata pejuang, namun gen ini diberi nama demikian karena terkait dengan perilaku kekerasan.

Sebuah studi tahun 2014 yang dihelat oleh peneliti Finlandia mengungkapkan bahwa penjahat dengan gen yang bertanggung jawab atas lima hingga sepuluh persen dari semua kejahatan yang ada di Finlandia.

Menurut penelitian yang sama, gen pejuang ini 13 kali lebih mungkin menjadi pelaku kejahatan ketimbang mereka yang tidak memiliki gen ini. Disebut telah ada 900 narapidana yang terlibat dalam penelitian ini bertanggung jawab atas total 1.154 pembunuhan, percobaan pembunuhan, serta kekerasan.

Tentu ini bukan sebagai justifikasi dan bukan jaminan bahwa pemilik gen ini akan pasti melakukan kekerasan.

2. Gen bunuh diri.

Varian gen MAOA dan gen cadherin 13 (CDH13) disebut sebagai "gen pejuang". Meski demikian ini bukan semata-mata pejuang, namun gen ini diberi nama demikian karena terkait dengan perilaku kekerasan.

Sebuah studi tahun 2014 yang dihelat oleh peneliti Finlandia mengungkapkan bahwa penjahat dengan gen yang bertanggung jawab atas lima hingga sepuluh persen dari semua kejahatan yang ada di Finlandia.

Menurut penelitian yang sama, gen pejuang ini 13 kali lebih mungkin menjadi pelaku kejahatan ketimbang mereka yang tidak memiliki gen ini. Disebut telah ada 900 narapidana yang terlibat dalam penelitian ini bertanggung jawab atas total 1.154 pembunuhan, percobaan pembunuhan, serta kekerasan. Tentu ini bukan sebagai justifikasi dan bukan jaminan bahwa pemilik gen ini akan pasti melakukan kekerasan.

3. Gen trauma.

Para peneliti menemukan bahwa ternyata orang tua dapat mentransfer efek dari pengalaman traumatis yang mereka derita kepada anak-anak melalui gen.

Peneliti melakukan penelitian ke banyak partisipan yang punya kecenderungan traumatis, mulai dari keturunan budak kulit hitam, orang-orang yang selamat holocaust, hingga tentara yang berhasil selamat dari perang Vietnam. Disebut, kesemuanya secara genetik mentransfer gangguan stres pasca-trauma ke keturunan mereka.

Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Rachel Yehuda dari Fakultas Kedokteran Icahn di Rumah Sakit Mount Sinai di Manhattan. Sang peneliti menyebut bahwa peristiwa traumatis benar-benar dapat mengubah gen mereka.

4. Gen selingkuh.

Gen DRD4 ternyata bertanggung jawab untuk mengatur kadar dopamin dalam tubuh kita. Dopamin adalah zat kimia yang dilepaskan di otak kita dan biasanya terkait dengan motivasi dan kepuasan seksual.

Tubuh kita menganggapnya sebagai semacam hadiah, itulah sebabnya hormon ini biasanya dilepaskan ketika kita terlibat dalam perilaku menyenangkan seperti judi, minum, dan berhubungan seksual.

Hubungannya dengan perselingkuhan, sebuah studi di tahun 2010 yang dipimpin ilmuwan Justin Gracia daru Binghamton University, New York, telah mengungkapkan bahwa varian gen DRD4 sebenarnya bisa membuat orang lebih rentang untuk selingkuh dari pasangan mereka.

Hal ini disimpulkan dari 181 partisipan yang memiliki gen tersebut punya kecenderungan terlibat perselingkuhan. Namun tentu varian gen bukan alasan untuk selingkuh dan sebuah justifikasi atas kelakuan ini.

5. Gen pesimistik.

Perasaan pesimis dan juga pikiran negatif bisa datang dari gen. Gen yang bertanggungjawab adalah ADRA2B, yang merupakan salah satu dari banyak gen yang bertanggung jawab atas emosi kita.

Ilmuwan menyebut ketika gen ADRA2B tidak sempurna, lebih tempatnya kehilangan satu struktur asam amino, pemilik gen ini akan lebih mudah melihat peristiwa secara negatif.

Dalam penelitian oleh Rebecca M. Todd dari University of British Columbia, gen pesimistik ini ditemukan dalam penelitian yang melibatkan 200 partisipan. Dikonklusikan bahwa gen pesimistik ini muncul bukan karena satu gen saja, namun karena ada ketidaksempurnaan tersebut atau beberapa gen yang terhubung.

6. Gen insomnia.

Sebuah penelitian yang melibatkan 113.006 orang akhirnya mengungkap adanya tujuh buah gen yang merupakan penyebab insomnia.

Salah satu gen yang dimaksud adalah MEIS1. Gen ini juga terhubung dengan beberapa kondisi lain seperti depresi, gangguan kecemasan, serta sindrom kaki gelisah atau restless legs syndrome (RLS). Tentu semua kondisi ini merupakan penyebab insomnia.

7. Gen banyak omong.

Berbeda dari kepercayaan 'ilmiah' umum yang menyatakan bahwa banyak bicara adalah soal gender, ternyata hal ini lebih condong ke soal genetika.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Maryland menunjukkan bahwa gen FOXP2 adalah salah satu gen yang bertanggung jawab untuk kemampuan bicara manusia. Gen ini mengeluarkan protein khusus di otak, dan protein ini membuat seseorang cenderung banyak bicara.

Meski demikian, para peneliti ingin meneliti kembali hal ini di angka partisipan yang lebih besar agar tak ada bias umur dan gender.