Brilio.net - Magelang merupakan salah satu wilayah di Jawa Tengah yang menyimpan segudang kekayaan, baik alam maupun budaya. Magelang memiliki keunikan geografisnya, di mana wilayah magelang yang dikelilingi lima gunung, Merapi, Merbabu, Sumbing, Andong, dan Sindoro.

Maka dari itu, Magelang juga terkenal akan wisata alamnya yang sangat indah. Magelang juga memiliki berbagai seni budaya yang menarik.

Salah satu kesenian yang asli dari Magelang adalah Njanen. Njanen adalah salah satu kesenian yang berasal dari daerah lereng Gunung Telomoyo, tepatnya di Desa Seloprojo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang.

Njanen, kepanjangan dari njajahi unen-unen, memiliki kemiripan dengan seni robbana atau sholawatan. Yang membedakan, njanen menggunakan lirik campuran dua bahasa, Jawa dan Arab.

Kesenian Njanen ini sering digunakan masyarakat Desa Seloprojo pada zaman dahulu sebagai bentuk pujian kepada Yang Kuasa. "Njanen atau njajahi unen-unen sering dipentaskan di beberapa acara penting seperti merti dusun, kelahiran bayi, ataupun orang yang memiliki nazar untuk menyelenggarakan pentas njanen ini" ujar Suwono, Dalang Njanen Seloprojo saat ditemui pada Jumat(18/11/2022).

Sejarah Njanen Seloprojo

Njanen Seloprojo istimewa

foto: Dokumentasi/Himanika

Sejarah njanen di Desa Seloprojo dilatarbelakangi oleh kebiasaan masyarakat setempat yang belum tertarik untuk belajar agama Islam. Beberapa ulama berinisiatif membuat sebuah kesenian yang berbau religi, sehingga kesenian tersebut bisa dijadikan sebagai penyebaran agama Islam bagi masyarakat setempat.

Salah satu ulama yang mengusulkan kesenian njanen tersebut dulunya memperoleh ilmu syair njanen itu dari pondok pesantren Tirto di daerah Grabag. Ulama yang membawa ilmu njanen tersebut bernama Mbah Kamso.

Mbah Kamso mengajak sekelompok orang dan mengajari mereka bagaimana cara melantunkan syair njanen, sehingga terbentuklah njanen yang masih dilestarikan sampai saat ini. Njanen merupakan bentuk kesenian yang di dalamnya terdapat nilai moral sekaligu sarana hiburan. Sehingga, masyarakat gemar melantunkan njanen sebagai sarana bersuka ria setelah beraktivitas di ladang.

Banyaknya masyarakat yang gemar menyelenggarakan pentas njanen, membuat beberapa wilayah di sekitar Seloprojo juga tertarik dengan kesenian tersebut. Alhasil banyak orang yang belajar melantunkan syair njanen di Desa Seloprojo.

Pementasan Kesenian Njanen

Njanen Seloprojo istimewa

foto: Dokumentasi/Himanika

Njanen merupakan sebuah kesenian yang kental dengan pesan-pesan keagamaan, sehingga dalam pelaksanaannya dimulai ketika malam hingga dini hari. Malam hari dipilih untuk melakukan kesenian ini untuk mengisi tradisi tirakatan atau begadang dalam sebuah acara hajatan.

Sebelum dimulainya rangkaian acara njanen ini, biasanya tokoh agama di Seloprojo akan membacakan doa pembuka. Setelah itu pemimpin juga akan mengikrarkan atau membacakan tujuan acara.

Dalam pementasan njanen ini juga menggunakan alat musik seperti terbang berukuran besar sejumlah empat buah, kendang, dan jedor. "Melantunkan lirik syair njanen juga dibagi menjadi tiga bagian dan memiliki jenis lirik masing-masing. Pembagian tersebut berdasarkan waktu pementasan, dari sore ke malam akan akan menggunakan syair sholawatan biasa, kemudian dari pertengahan hingga malam menggunakan syair yar mauli, sedangkan jika waktu sudah mendekati pagi akan melantunkan syair titi yani gondoyani puspotajem. Dari ketiga bagian tersebut memiliki artainya masing-masing," imbuh Suwono.

Filosofi Kesenian Njanen

Njanen Seloprojo istimewa

foto: Dokumentasi/Himanika

Bagi orang Jawa kehidupan selalu dipenuhi dengan upacara terutama berkaitan dengan lingkaran hidup mulai dari dalam perut ibu hingga tutup usia. Upacara berhubungan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari dalam mencari nafkah, khususnya bagi para petani, pedagang, dan nelayan.

Upacara ritual sendiri merupakan kumpulan tindakan yang melibatkan hal religi dan hal magis yang sifatnya keseharian atau rutin. Dalam kesenian ini juga sering terdapat ritual khusus bagi penyelenggara yang memang memiliki nazar tersendiri.

Ritual masih kerap banyak ditemukan khususnya di masyarakat pedesaan, salah satu ritual yang masih berlangsung hingga saat ini, salah satunya di Desa Seloprojo. Ritual diadakannya Njanen yaitu untuk melestarikan tradisi turun-temurun dari nenek moyang.

Ritual ini juga sebagai ucapan terima kasih atas berkah dari Tuhan Yang Maha Esa serta menolak bala. Lirik yang diajarkan juga merupakan bentuk ucapan para petuah pada zaman dahulu.

"Salah satu makna dalam syair njanen adalah mengajarkan bagaimana bakti seorang perempuan kepada suaminya saat saat suami tiba dari berkegiatan di luar," tandas Suwono.

reporter: mg/Muhammad Reza Ariski