Brilio.net - Seniman punya cara sendiri dalam menyuarakan isi hati, imajinasi bahkan kritik sosial. Mereka mengejawantahkan berbagai keresahan melalui karya. Pelukis melalui lukisan, begitu juga dengan perupa yang menginterpretasikannya lewat karya seni rupa seperti patung.

Tidak sedikit seniman yang menggunakan simbol dan tanda dalam menyuarakan kegelisahan mereka dalam karyanya. Pemandangan inilah yang tampak pada pameran bertajuk Encounter Moments garapan Art Moments Jakarta yang kali ini menyajikan pameran karya-karya seniman nasional dan internasional secara hybrid, offline dan online. Penikmat seni yang ingin melihat sejumlah karya seniman secara online bisa mengakses situs Art Moment Jakarta atau melalui aplikasi seluler Clamour.  

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Pameran Art Moments Jakarta Online (AMJO) yang dimulai 1-30 Juni 2021 ini digelar di tiga tempat di Jakarta yakni di Art:1, D Gallerie, dan CAN’S Gallery. Nah Brilio.net berkesempatan mengikuti VIP Private Preview of Art Moments Jakarta Online di CAN’S Gallery, Jl Tanah Abang II No.25, Jakarta, Jumat (18/6/2021). Di galeri ini VIP Private Preview diselenggarakan sejak 18-20 Juni 2021 dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.     

Dalam pameran yang dikurasi Rizki Zaelani ini menampilkan sederet karya dari Eddie Hara, Jeff Koons, Chang Jui-Pin, Julio Le Parc, Yim Yen Sum, Oky Rey Montha, Sasya Tranggono, Adi Gunawan dan lainnya. Tema ruang perjumpaan yang dipamerkan di sini tentang tanda atau simbol.

“Ekspresi sebuah karya seni rupa adalah simbol tentang makna-makna tertentu yang diimajinasikan oleh seniman yang mengerjakannya,” ujar Rizki kepada Brilio.net.  

Suara perempuan 

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net Yoga (kanan) karya I Gusti Ayu Kadek Murniasih yang menyuarakan emosi perempuan

Simbol yang dinyatakan oleh ekspresi seniman tersebut adalah simbol yang bersifat khas, khusus, dan personal. Menyaksikan sejumlah karya baik lukisan dan karya perupa yang ditampilkan, beberapa memperlihatkan interpretasi si seniman terhadap keadaan dan kondisi sosial masyarakat. Sebut saja lukisan berjudul Yoga karya I Gusti Ayu Kadek Murniasih yang menyuarakan emosi perempuan. 

Dalam karya dekoratif tersebut, pelukis kelahiran Tabanan, Bali 21 Mei 1966 ini, dilukiskan sosok perempuan yang melakukan pose yoga puppy dog (anahatasana) alias dalam posisi nungging. Hanya saja dalam posisi tersebut, Gusti Ayu menggambarkan bagian tubuh si perempuan yang tampak dari belakang dengan memperlihatkan kemaluannya.

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Dalam lukisan ini, Gusti Ayu ingin mengungkapkan dan mendeskripsikan representasi seks, kekerasan, dan kuasa laki-laki. Dalam karyanya tersebut, Gusti Ayu menggunakan gaya pengosekan yang dapat dilihat dari penggunaan kontur yang tegas untuk menghasilkan susunan ornamen yang dekoratif.

Dalam lukisan ini Gusti Ayu ingin menyuarakan kondisi perempuan yang kerap menghadapi persoalan seksual lewat kekerasan fisik. Kekerasan selalu memosisikan perempuan sebagai objek seksual kaum laki-laki.

The Bucket Man  

Menikmati karya seni © 2021 brilio.net

Suara “pemberontakan” juga diperlihatkan pelukis wanita asal Taiwan, Chang Jui-Pin. Pelukis yang memperoleh gelar seni dari Taipei National University of Arts ini sejak lama dikenal lewat lukisannya bertajuk The Bucket Man. Bahkan karyanya ini sudah mendapat beberapa penghargaan di Inggris.

Lewat karya The Bucket Man inilah nama Jui-Pin dikenal diseluruh dunia. Apalagi sejumlah karyanya pernah menjadi graffiti, menghiasi tembok-tembok besar di London yang kini menjadi “rumahnya”. Dalam setiap karyanya, Jui-Pin selalu menggambarkan beberapa karakter misterius yang sama-sama menggunakan jumper biru bermotif garis-garis sambil kepalanya ditutupi ember hitam.   

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Karya Jui-Pin yang cukup fenomenal adalah saat ia melukis sosok-sosok misterius tersebut pada mata uang kertas sejumlah negara di dunia, termasuk China. Karya-karya ini pula yang muncul di CAN’S Gallery. Ada pesan politik yang sangat kuat saat Jui-Pin melukis The Bucket Man pada mata uang China, Renminbi (Yuan).

Sebagai warga Taiwan—yang secara politis tidak diakui China sebagai sebuah negara—ia merasakan betul bagaimana perlakuan pemerintah mainland (China daratan) lewat kebijakan politiknya. Masyarakat diperbolehkan mencari uang sebanyak mungkin. Tapi, jangan coba-coba bicara politik. Sebuah pesan yang sangat menohok.

Karya imajinatif

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Satu lagi seniman yang karyanya cukup menarik perhatian. Lewat karya imajinatifnya, Oky Rey Montha atau akrab disapa Kyre ini menampilkan lukisan yang sangat pas menggambarkan kondisi saat ini, masih diselimuti pandemi.

Seniman kelahiran 3 Januari 1986 di Yogyakarta dan besar di daerah pegunungan Kabupaten Karo, Sumatera Utara ini menyajikan dua lukisan bergambar sosok sepeti Micky Mouse dan Minnie Mouse yang “kesepian”.

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Lewat imajinasinya, dalam lukisan berjudul Quarantine 1, Oky menggambarkan sosok tikus dengan tone hitam dalam kesendirian di hadapan papan catur tanpa bidak. Lalu pada lukisan berjudul Quarantine 2, Oky melukiskan sosok Minnie Mouse sambil menggenggam smartphone duduk di kursi di tengah lautan biru yang sangat luas.

Sosok Minnie Mouse itu memerhatikan bunga yang dihampiri kupu-kupu. Bunga tersebut adalah sebuah delusi. Begitulah kemahiran Oky dalam meramu sebuah bahasa visual dan menyulam sebuah realitas fiktif di dalam lukisannya.

Kisah KRI Nenggala 402 dalam seni digital  

Menikmati karya seni  © 2021 brilio.net

Pameran di CAN’S Gallery ini juga menyajikan karya seni digital NFT Art. Salah satunya yang berjudul  53 Never Forget, sebuah karya visual animasi yang dibuat pasangan artis Ruanth Chrisley Thyssen dan Cindy Thyssen sebagai penghormatan atas tragedi yang dialami 53 kru Kapal Selam KRI Nenggala 402.

Animasi 53 detik dengan loop mulus gerakan gelombang itu menggambarkan kapal selam KRI Neggala 402 di tengah pancaran matahari disertai suara gemuruh air. Karya ini menyajikan gagasan tentang ritme, gerak, dan kehadiran, di tengah luasnya hamparan lautan, di kedalaman laut biru yang penuh misteri.

Dalam karya ini, kedua seniman ingin menyampaikan pesan bahwa waktu sangat menentukan pilihan kita untuk sebuah harapan dan kepastian. Karya digital ini menjadi spesial karena menjadi triger bagi pengunjung untuk berdonasi yang hasilnya akan diberikan kepada keluarga kru KRI Neggala 402.