Brilio.net - Mendengar nama Yogyakarta, pasti yang terlintas di benak banyak orang umumnya adalah Malioboro, Pasar Beringharjo, Alun-alun Utara dan Selatan, bukan? Bicara soal keindahan daerah istimewa ini memang tak pernah ada habisnya. Semua orang yang pernah ke sini, pasti ingin kembali lagi.

Kendati demikian, semakin tahun, tingkat populasi Yogyakarta semakin meningkat, sehingga rasanya hampir dengan mudah menemukan titik keramaian dan kemacetan di pusat kota. Bangunan tinggi nan megah mudah di temukan di setiap sudut jalanan.

Melepas penak serta hiruk pikuknya kota yang akrab disapa Jogja ini, Kabupaten Kulonprogo mungkin bisa jadi pilihan terbaik. Kali ini brilio.net berkesempatan mendatangi sebuah daerah cukup terkenal di Kulonprogo, yakni Geblek Pari.

Geblek Pari berada di Pronosutan, Kembang, Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo. Jika menggunakan transportasi motor dari Malioboro, waktu tempuh mencapai 49 menit hinggga 1 jam. Menurut aplikasi peta, Google Maps, perjalanan tersebut akan diarahkan melalui Jalan Godean.

geblek pari © 2019 brilio.net

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



Meski jauh dari pusat kota, perjalanan ke sana memiliki akses jalan yang memadai dan cepat. Lokasi Geblek Pari berada di dalam sebuah gang kecil. Namun jangan khawatir, usai memasuki gang tersebut, petunjuk arah jalan mudah dijumpai.

Dari awal gang menuju Geblek Pari berjarak sekitar 500 meter. Memasuki gang kecil beraspal ini, suasana dalam sebuah desa sangat kental. Lelahnya perjalanan seketika terbayarkan. Sebab setibanya di sana mata langsung dimanjakan dengan panorama serba hijau. Perasaan takjub langsung terasa ketika melihat padi yang bergoyang dari tiupan angin.

Seperti biasanya, pemandangan yang disuguhkan berupa rutinitas masyarakat setempat. Banyak pria paruh bayah berjalan lalu lalang sambil mengayuh sepeda onthelnya. Di saat jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, mereka bergegas pulang ke rumah usai seharian bekerja di sawah.

geblek pari © 2019 brilio.net

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



Di antara hamparan padi nan hijau, ada satu pemandangan yang cukup mencuri perhatian. Adalah tempat makan bernama 'Geblek Pari'. Tempat makan ini mengusung konsep sederhana, terdiri dari beberapa pendopo serta kursi rotan di dalamnya.

Geblek Pari menyajikan suasana asri, tanpa menggunakan sekat dengan pintu dan jendela, sehingga banyak angin sepoi-sepoi datang. Sambil menyeruput segelas jeruk hangat, pengunjung bisa menikmati suasana matahari tenggelam persis menghadap area persawahan.

Jika ditelusuri lebih jauh, Geblek Pari merupakan nama rumah makan yang didirikan oleh pria bernama Popo Yuda dan istrinya, Putri. Sejak muncul tren dari media sosial, Desa Kembang kemudian lebih dikenal sebagai sebutan daerah 'Geblek Pari'.

geblek pari © 2019 brilio.net

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



"Tahun 2007, saya sering main ke sini. Saya melihat pemandangannya bagus. Saya mau share supaya teman-teman lain bisa menikmatinya," ujar Popo membuka obrolan kepada brilio.net, Minggu (1/12).

Usai 10 tahun, yakni 2017, Popo akhirnya membangun Geblek Pari. Ia bermaksud ingin memperkenalkan sebuah 'harta kartun' tak terduga di Kulonprogo tersebut, meskipun para pengunjung harus menempuh jarak jauh.

"Di sini kami menilai ada dua nilai yang luar biasa. Yang pertama itu geblek (makanan khas Kulonprogo), yang kedua hamparan sawah, hasilnya padi. Padi dalam Bahasa Jawa, pari. Kita gabungkan jadi Geblek Pari. Makan geblek sambil lihat pari," sambungnya sembari tersenyum.

geblek pari © 2019 brilio.net

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



Munculnya Geblek Pari rupanya disambut positif masyarakat sekitar. Pria 35 tahun ini mengatakan SDM-nya bahkan dari warga sekitar. Bukan cuma itu, bahan makanan pada menu Geblek Pari berasal dari hasil sawah masyarakat.

"Kami mengambil padi dari sekitar sini. Ada penggilingan padi. Beberapa warga yang punya tanaman di rumah, kami prioritaskan itu (menggunakannya)," kata Popo.

Di Geblek Pari sendiri mempunyai sejumlah menu unik. Di mana setiap harinya menu sayurannya selalu berbeda. Hal ini Popo dan istri lakukan guna memberikan kesan 'ingat rumah' pada pengunjung yang datang. Menu yang terbilang spesial adalah jantung pisang.

geblek pari © 2019 brilio.net

foto: Brilio.net/Syamsu Dhuha



Menurut Popo dan Putri, pemandangan persawahan hijau di Desa Kembang ini bisa dirasakan sepanjang tahun. Pasalnya petani biasanya melakukan cocok tanam berupa padi dan tanaman palawija. Diketahui, waktu mulai dari nanam bibit padi hingga panen memakan waktu sekitar 3-4 bulan.

"Ini yang spesial dari Kulonprogo, ada sistem tanam. Dua kali pagi, satu kali palawija (dalam satu tahun)," tuturnya.

Dengan begitu, penanaman palawija dilakukan jika petani sedang tidak bercocok tanam padi. Petani akan menggantinya dengan tanaman, salah satunya kacang. Gunanya untuk memutus mata rantai hama. Dalam segi padi, hasilnya pun akan jauh lebih baik.