Brilio.net - Nggak ada kata bosan kalau sudah berkunjung di kota Yogyakarta. Bukan hanya kulinernya yang bikin candu, tapi tempat wisatanya juga bikin ketagihan. Wisata bukan hanya soal alam, namun juga wisata tempat bersejarah.

Wisata bersejarah yang ada di Yogyakarta memiliki sejarah yang bermacam-macam. Salah satu wisata bangunan berarsitektur dengan nuansa Jawa adalah Kraton Yogyakarta. Tempat ini merupakan sebuah istana resmi Kesultanan yang memiliki sejarah dan dibuka untuk umum baik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Hanya dengan membayar tiket senilai Rp 8.000, kamu bisa melihat dan mencari sejarah keraton. Dari semua bagian Kraton Yogyakarta, Bangsal Sri Manganti merupakan salah satu bagian yang memiliki keunikan tersendiri.

Penasaran dengan keunikan bangunan bersejarah yang ada di Yogyakarta ini? Berikut hasil penelusuran brilio.net langsung dari Kraton Yogyakarta pada Jumat (7/10).

Kraton Yogyakarta.

Pada zaman dulu daerah Jawa bagian tengah selatan terdapat sebuah kerajaan Islam yang bernama Mataram. Kerajaan ini berpusat di Kotagede Daerah Istimewa Yogyakarta dan kemudian dipindah ke Kerta, Pleret, Kartasura dan Surakarta.

Konflik internal dan intervensi penjajah Belanda memicu pecahnya tampuk kepemimpinan Kerajaan Mataram. Muncul perselisihan dari dua aliran yaitu Prabasuyasa atau Pakubuwana III dengan Raden Mas Said dan Mangkubumi. Setelah konflik yang cukup lama, akhirnya mereka sepakat untuk menandatangani perjanjian Giyanti.

Kraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I (Pangeran Mangkubumi) pada 1755 setelah Perjanjian Giyanti. Lokasi keraton merupakan sebuah mata air atau Umbul Pacethokan yang berada di tengah hutan beringin. Sebelum menempati Kraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang dibangun menjadi sebuah Pesanggrahan Ayodya, termasuk wilayah Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman.

Susunan bangunan Kraton Yogyakarta berturut-turut dari utara ke selatan: Alun-alun utara (termasuk Siti Hinggil dan Bangsal Pagelaran), Kemandungan Lor (utara) atau Keben, Sri Manganti, Kraton sebagai bangunan induk, Kemagangan, Kemandungan Kidul (selatan), dan terakhir pada Alun-alun Selatan.

 

 

MAGANG: FENI LISTIYANI