Brilio.net - Tak hanya wisata alamnya yang terkenal, tetapi ada salah satu benda peninggalan sejarah Islam yang menarik di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Benda peninggalan sejarah ini adalah sebuah bedug yang diberi nama Bedug Pendowo dan dipercayai sebagai bedug terbesar di dunia. Bedug Pendowo diletakkan di serambi Masjid Agung Darul Muttaqin, tepatnya di sebelah barat Alun-alun Purworejo.

Sejarah perkembangan Islam di Kabupaten Purworejo tak terlepas dari keberadaan bedug Pendowo. Bedug terbesar ini telah memberikan kontribusi penting bagi syiar-syiar Islam dari satu generasi ke generasi lain di Kabupaten Purworejo sejak abad XIX.

Bedug Pendowo © 2022 Istimewa

foto: Dok/Annisa Dhea

Saat ditemui brilio.net pada Jumat (14/10), salah satu takmir Masjid Agung Darul Muttaqin Purworejo, Katobi, menceritakan, ketika dulu kejadian Perang Diponegoro, yaitu Pemerintah Hindia Belanda mengangkat salah satu dari kalangan pribumi untuk memimpin wilayah tanah Bagelen yang kini menjadi nama Kabupaten Purworejo. "Kanjeng Raden Tumenggung I yang diangkat menjadi bupati pertama Kabupaten Purworejo, dengan dibantu Patih Raden Tjokrojoyo membangun Masjid Agung Darul Muttaqin ini di tahun 1830 Masehi. Kemudian bupati langsung berpikir untuk membuat benda atau alat sebagai penanda datangnya sholat, nah disitulah sebuah Bedug Pendowo dibuat tahun 1834 Masehi", jelas Katobi.

Proses pembuatannya dilakukan di Dusun Pendowo, Desa Bragolan, Kecamatan Purwodadi. Diketahui, bedug tersebut terbuat dari kayu jati berumur ratusan tahun dan memiliki lima cabang, sehingga dinamakan Pendowo sesuai tokoh wayang Pandowo yang terdiri dari lima tokoh.

Setelah selesai dibuat, Bupati meminta Kyai Haji Muhammad Irsyad untuk memimpin pemindahan bedug tersebut. Lalu dikumpulkanlah para pekerja yang beramai-ramai untuk memindahkan bedug yang diiringi musik gamelan dan penari tayub. 

Dengan melalui jalan yang terjal dan sulit, Bedug Pendowo dibawa menggunakan tali tambang dan kayu gelondongan sebagai roda pengangkut. "Ngangkut bedugnya itu ditarik pakai tambang dandhung, terus dibawahnya ada kayu gelondongan biar bisa muter dan bedugnya bisa ikut jalan," ungkap Katobi.

Bedug Pendowo © 2022 Istimewa

foto: Dok/Annisa Dhea

Bedug Pendowo memiliki ukuran garis tengah bagian depan 194 cm, garis tengah bagian belakang 180 cm, panjang 292 cm dengan keliling bagian depan 601 cm dan bagian belakang 564 cm. Awalnya bedug Pendowo terbuat dari kulit banteng tua, namun sekarang telah diganti dengan kulit sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo.  

"Memang, bedug terbesar di dunia ini awalnya dibuat menggunakan kulit banteng tua, tapi yang belakang sudah diganti tiga kali dari kulit sapi karena sekarang susah mau cari kulit banteng," lanjutnya.

Bedug Pendowo © 2022 Istimewa

foto: Dok/Annisa Dhea

Pada masanya, bedug Pendowo dijadikan sebagai alat penanda salat dan peringatan bagi masyarakat. Namun, sekarang hanya dibunyikan satu kali seminggu pada hari Jumat dan pada hari-hari besar keagamaan, serta untuk memperingati detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Hal ini dilakukan demi menjaga keawetan bedug agar tidak rusak. Selain itu, bagian bedug diberi pagar pembatas yang terbuat dari kayu agar tidak sembarangan orang menyentuhnya.

Keberadaan Bedug Pendowo ini merupakan magnet bagi Masjid Agung Darul Muttaqin, karena menjadi salah satu destinasi wisata rohani bagi rombongan peziarah dari berbagai kota yang ada di Indonesia. "Banyak yang berkunjung ke sini untuk melihat Bedug Pendowo saking penasarannya sambil foto-foto juga ada", katanya.

 

Reporter: mg/Annisa Dheaning Triprasiwi