Brilio.net - Virus corona atau Covid-19 hingga kini masih menjadi isu nomor satu di beberapa negara. Segala upaya dilakukan pemerintah agar virus tidak terus menyebar, mulai dari penguncian wilayah atau lockdown, menerapkan sistem social-physical distancing dan lain sebagainya.

Virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China ini terus menarik perhatian dunia. Tingkat kewaspadaan orang terhadap virus ini pun semakin tinggi, sehingga menimbulkan pertanyaan dan rasa khawatir yang berlebihan.

Kini muncul pertanyaan, apakah bisa virus corona menyebar melalui pernapasan?

Dilansir brilio.net dari livescience.com, Rabu (8/4), orang yang terinfeksi Covid-19 dianggap dapat menyebarkan penyakit ketika mereka berbicara dan bernapas, tidak hanya ketika mereka batuk saja.

Meski demikian, para peneliti belum tahu apakah partikel kecil yang dikeluarkan dalam napas dapat menginfeksi lebih banyak orang daripada tetesan besar yang dikeluarkan melalui batuk.

"Ada kemungkinan bahwa Covid-19 menyebar melalui partikel cairan berdiameter kurang dari 0,0002 inci (5 mikron), yang dikenal sebagai aerosol, yang dapat dipancarkan ketika orang berbicara," kata Profesor Teknik Kimia di University of California, William Ristenpart.

Sejak awal Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sudah menyatakan bahwa virus ini bisa menyebar karena adanya kontak langsung dengan si penderita, dan itu risikonya lebih tinggi jika dibandingkan dengan penularan melalui pernapasan.

Tetesan besar dan kuat terbang dari mulut seseorang ketika mereka batuk atau bersin, jatuh ke tanah pada saat mereka bepergian hanya beberapa meter.

Namun, kini semakin banyak bukti menunjukkan bahwa aerosol dapat memacu transmisi lebih dari satu kali. Partikel yang lebih kecil ini dapat tinggal dalam kurun waktu yang lama.

"Dapat tetap tinggi (waktu virus bertahan) untuk waktu yang cukup lama, berdasarkan urutan waktu," kata Jeffrey Shaman, seorang ahli epidemiologi dan kepala Iklim dan Kesehatan Program di Universitas Columbia di New York City.

Baru-baru ini juga terdapat satu kasus dari puluhan anggota paduan suara terinfeksi Covid-19 setelah latihan. Padahal mereka mengaku telah menjaga jarak selama latihan.

Los Angeles Times pun melaporkan, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Maret di New England Journal of Medicine, para peneliti menggambarkan bagaimana partikel virus corona aerosol dapat bertahan hingga tiga jam di udara, yang berarti mereka dapat menginfeksi seseorang beberapa jam setelah dikeluarkan.

Jeffrey Shaman mencatat bahwa para penulis penelitian mengambil sampel udara hanya selama tiga jam, yang berarti virus tersebut berpotensi dapat bertahan lebih lama.

"Sampai para ilmuwan mempelajari lebih lanjut tentang kelangsungan hidup virus dalam berbagai pengaturan dan kondisi, mereka harus mempertimbangkan semua rute penularan yang potensial dalam upaya mereka untuk memperlambat penularan," tambahnya.

Itu berarti orang harus menjaga jarak sosial yang ketat dan mengenakan masker saat keluar, bahkan jika kamu tidak merasa sakit.

"Kamu memiliki masalah ini, di mana orang-orang tanpa disadari menyebarkan virus di sekitarnya. Jadi memang saat ini masker diperlukan dan sangat membantu mengurangi penularan corona," kata Shaman kepada Live Science.

2 dari 2 halaman



Pendapat WHO virus corona bisa menyebar lewat udara

foto: freepik.com




Belakangan WHO sudah memberi penjelasan bahwa jalur penyebaran utama dari virus corona tetap hanya bisa melalui droplets yang disebarkan ketika seseorang batuk, bersin, maupun bicara.

"Droplets ini terlalu berat untuk bertahan di udara. Mereka dengan cepat jatuh ke lantai maupun permukaan," tegas WHO dilansir dari Liputan6.com.

Dalam penjelasannya, seseorang bisa terinfeksi ketika ia menghirup udara saat berada sejauh 1 meter dengan orang yang positif Covid-19, atau menyentuh permukaan benda lalu kemudian menyentuh bagian wajah seperti mata, hidung, atau mulut tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.

Maka dari itu, WHO memberi peringatan untuk tetap melakukan physical distancing, atau menjaga jarak sekurang-kurangnya satu meter dengan orang lain atau dengan permukaan yang paling sering disentuh banyak orang. Tak ketinggalan, WHO juga mengingatkan untuk sering mencuci tangan dan hindari menyentuh bagian wajah.