Brilio.net - Orang bisa "buta" karena cinta. Segala macam hal bisa aja dia lakukan demi meraih cintanya. Demikian yang dipercayai beberapa orang, atau justru kebanyakan? Tapi kasus orang cinta mati sama orang lain dan berdelusi si orang itu cinta balik adalah langka. Tak cuma itu, kasus ini bisa mengarah ke gangguan psikologis bernama erotomania. Eh, apaan itu ya?

Psikolog Glenn Wilson, pakar perilaku seksual disfungsional dan daya tarik, cinta, dan perkawinan menuturkan fakta-fakta erotomania kepada media METRO, sebagaimana dikutip brilio.net, Senin (18/7). Check them out!

1. Erotomania adalah khayalan.

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: giphy.com

Erotomania (De Clerambault Syndrome) adalah delusi atau khayalan seseorang bahwa dia dicintai oleh orang lain. Padahal orang lain itu nggak punya perasaan serupa terhadap si pengidap erotomania ini. Singkat kata, cuma ke-GR-an tingkat tinggi orang bersangkutan.

2. Cewek atau cowok yang banyak mengalami?

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: giphy.com

Erotomania paling sering terjadi pada cewek paruh baya yang percaya bahwa cowok dengan status sosial ekonomi tinggi, yang dia kenal (seperti dokter, pengacara, atau selebriti), diam-diam juga jatuh cinta sama dia.

3. Merasa sudah kasih sinyal nggak terlupakan.

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: giphy.com

Pengidap erotomania suka membayangkan dia meninggalkan petunjuk kecil sebagai sinyal dia suka sama lawan jenisnya. Terus, dia ngerasa sinyal itu tersampaikan ke gebetannya. Misalnya aja sengaja pakai jam tangan sama persis dengan si gebetan, dan sebagainya.

BACA JUGA: Coba pecahkan tebak-tebakan emoji ini kalau ngaku suka science

4. Membalas sesuatu berlebihan.

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: giphy.com

Ketika diberi perhatian oleh si orang yang dikagumi itu, pengidap erotomania akan membalas lebih, misalnya dengan surat, hadiah, menelepon, bahkan disamperin langsung. Kalau gebetan menolak, maka taktik yang pernah dilakukan akan dihentikan, kemudian akan mencari cara lain untuk tetap bisa memberikan perhatian kepada incaran.

5. Bisa jadi berbahaya kalau...

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: marykatebrogan.com

Erotomania bisa aja menjadi berbahaya kalau si gebetan punya pasangan dan dianggap menjadi ancaman bagi si pengidap erotomania ini. Bisa-bisa memicu kejadian yang nggak diinginkan akibat dibakar cemburu membabi buta.

6. Erotomania adalah kondisi langka.

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: factday.com

Sebagian besar erotomania nggak berbahaya dan delusinya bisa dikendalikan saat meminum obat anti psikotik dosis rendah atas pengawasan dokter ahli. Kalau riwayat keluarga punya problem psikologis terkait, bisa aja menjadi alasan kuat erotomania dipengaruhi oleh faktor genetika.

7. Cowok juga bisa kena erotomania.

fakta erotomania © 2016 brilio.net

foto: giphy.com

Erotomania bisa aja dialami oleh seorang cowok. Seperti seorang tokoh dengan erotomania di serial drama Korea (K-Drama) berjudul Hello Monster: Remember You (2015). Pada episode pertengahan seri yang terdiri dari 16 episode itu, ada cowok dengan erotomania sampai menguntit dan menyandera cewek incarannya. Pasalnya dia udah merasa si cewek benar-benar cinta sama dia, bahkan hanya sekali senyuman aja bikin si cowok GR bukan kepalang.

Nah, kalau dari fakta observasi yang ada, erotomania bukan cuma terjadi dari seseorang ke lawan jenisnya, ada pula yang terhadap sesama jenis. Bahkan, erotomania pada cowok bisa aja lebih berbahaya, terutama ketika ada beberapa cinta di sekeliling orang yang diincar dan sejarah perilaku antisosial namun yang nggak berkaitan dengan delusi.

Jadi, kalau kamu cuma GR biasa ke gebetanmu sih, nggak masalah. Tapi kalau GR berlebihan, waspada aja kalau erotomania. Erotomania bukan sekadar merasa GR dicintai gebetan. Faktanya, pengidap erotomania ini terlalu berlebihan berpikir orang lain juga merasakan hal yang sama dengannya (balik mencintai) padahal sama sekali nggak. Tak cuma berperasaan seperti ini, mereka bisa aja menguntit sampai melakukan tindak kriminal yang bisa merugikan incarannya maupun orang lain. Ada baiknya orang bersangkutan segera ke psikolog atau psikiater untuk konsultasi atau konseling lebih jauh.