Brilio.net - Peningkatan kualitas pengetahuan dan inovasi Indonesia memang selalu ditingkatkan demi kemajuan bangsa. Salah satunya dalam pengetahuan antariksa. AeroTerrascan yang dipunggawai oleh Dian Rusdiana Hakim akhirnya telah siap untuk melakukan ekspedisi menuju stratosfer dengan menggunakan pesawat tanpa awak produksi dalam negeri.

Impian yang sudah tercanang sejak 10 tahun silam akhirnya terwujud. Mengusung semangat Ekspedisi Menembus Langit, pegiat ilmu pengetahuan dan sains Tanah Air ini siap menorehkan sejarah baru di bidang Iptek dan aeronautika. Semangat kolaborasi dan kerja sama terlihat nyata demi mewujudkan kesuksesan ini.

Ekpedisi Menembus Langit © 2016 brilio.net

Ekspedisi ini didukung oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sebagai fasilitator, AeroGeoSurvey sebagai tim operator, AeroVisualStudios sebagai tim dokumenter, Global Inovasi Informasi Indonesia sebagai supporting peralatan dan pabrikasi, Dengan Senang Hati sebagai konsultan komunikasi, Layaria sebagai video creators network, GDILab sebagai penyedia social media monitoring tools, dan Alitt Susanto sebagai video creator.

"Menembus Langit merupakan uji coba terbang pertama menuju stratosfer di Indonesia dan akan menjadi rekor nasional," ungkap Valencia Mega Luwinda Stefany, Lead Public Relations Menembus Langit melalui rilis yang diterima brilio.net, Sabtu (10/9).

Ekpedisi Menembus Langit © 2016 brilio.net

Ekspedisi Menembus Langit adalah ekspedisi menerbangkan pesawat tanpa awak atau unmanned aerial vehicle (UAV) Ai-X1 produksi AeroTerrascan setinggi 30 KM dengan menggunakan balon cuaca. Ekspedisi ini merupakan uji coba terbang pertama menuju stratosfer di Indonesia dan akan menjadi rekor nasional. Ekpedisi ini bertujuan mendukung eksplorasi stratosfer dan mengembangkan riset aeronautika Indonesia.

Ekpedisi Menembus Langit © 2016 brilio.net

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menyatakan, “Menembus Langit dengan meluncurkan balon cuaca dan UAV hingga ketinggian 30 KM akan memberikan informasi mengenai dinamika atmosfer di stratosfer. Pemahaman ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi High Altitude Long Endurance (HALE) yang tidak terganggu oleh awan.

Dengan demikian, UAV dapat bertahan lama dan dapat mengumpulkan data yang lebih banyak. Menembus Langit sangat positif dari perspektif sains atmosfer dan memiliki potensi untuk mengembangkan teknologi HALE."

Ekpedisi Menembus Langit © 2016 brilio.net

Tim Ekspedisi Menembus Langit melakukan dua tahapan demi kesuksesan kegiatan. 27 Agustus silam, mereka sudah melakukan uji coba penerbangan di area pelatihan LAPAN Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat.

Selanjutnya, ekspedisi ini rencananya akan resmi diluncurkan pada 28 Oktober 2016 atau bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. "Ekspedisi Menembus Langit adalah bentuk nyata kontribusi dari kami untuk Indonesia terutama dalam bidang Iptek dan aeronautika," terang Valencia Mega. Maju terus Iptek dan Sains Indonesia!