Brilio.net - Ledakan bom bunuh diri terjadi di Bandara Kabul. Ledakan ini sebanyak dua kali, yakni di luar dan di dekat bandara. Ledakan tersebut telah menewaskan setidaknya 60 warga Afghanistan dan 13 tentara Amerika Serikat. Dengan kata lain insiden tersebut telah menewaskan lebih dari 70 orang. Jumlah korban tewas tersebut diungkapkan oleh pejabat Afghanistan dan AS.

Insiden itu terjadi ketika warga Afghanistan memadati bandara Kabul untuk berusaha melarikan diri dari pengaruh Taliban, yang telah menguasai semua wilayah negara, termasuk Istana Kepresidenan. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Dilansir brilio.net Associated Press, Jumat (27/8), jenderal AS yang mengawasi evakuasi di bandara Kabul, Frank McKenzie, menyatakan bahwa serangan itu tidak akan menghentikan upaya AS dalam mengevakuasi warga dari Afghanistan, dan penerbangan akan terus berlanjut.

McKenzie, kepala Komando Pusat AS, mengatakan ada sejumlah besar keamanan di bandara, dan rute alternatif digunakan untuk menjemput para pengungsi. Ada sekitar 5.000 orang yang sedang menunggu penerbangan di lapangan, terang McKenzie.

Ledakan itu terjadi beberapa jam setelah para pejabat negara-negara Barat memperingatkan kemungkinan serangan besar, mendesak orang-orang untuk meninggalkan bandara Kabul.

"Kami tidak akan memaafkan. Kami tidak akan lupa. Kami akan memburu Anda dan membuat Anda membayarnya," kata Presiden AS Joe Biden, dalam pernyataan yang disampaikan dari Gedung Putih.

Biden juga menegaskan bahwa insiden bom bunuh diri di bandara Kabul tidak akan mempengaruhi jadwal terakhir upaya evakuasi warga dari Afghanistan, yaitu pada 31 Agustus 2021.

Para pejabat AS awalnya mengatakan 11 anggota Angkatan Laut Amerika dan satu petugas medis militer termasuk di antara korban tewas dalam insiden ledakan di luar bandara Kabul. Anggota militer lainnya meninggal beberapa jam kemudian.

Sementara itu, ada 18 tentara AS yang terluka dan para pejabat setempat memperingatkan jumlah korban bisa bertambah. Lebih dari 140 warga Afghanistan terluka, menurut seorang pejabat Afghanistan.

Sebuah badan amal Italia yang mengoperasikan rumah sakit di Afghanistan, mengatakan telah menerima setidaknya 60 pasien yang terluka akibat ledakan bom di bandara, dan melihat 10 korban tewas.

"Ahli bedah akan bekerja sampai malam," kata Marco Puntin, manajer badan amal Italia di Afghanistan.

Juru bicara Pentagon John Kirby mengungkapkan bahwa ledakan terjadi di dekat pintu masuk bandara Kanul dan ledakan lainnya terjadi tidak jauh dari sebuah hotel.

Ledakan kedua terjadi di atau dekat Baron Hotel, di mana banyak orang, termasuk warga Afghanistan, Inggris dan AS, diminta untuk berkumpul dalam beberapa hari terakhir sebelum menuju ke bandara untuk dievakuasi.