Brilio.net - Menurut data pemerintah China, kasus Virus Corona pertama kali muncul pada 17 November. Sedangkan dokter ahli China baru mengetahui mereka sedang dihadapkan dengan virus berbahaya pada akhir Desember 2019. Dilansir brilio.net dari businessinsider.sg pada Rabu (18/3), identitas pasien pertama Corona tersebut belum teridentifikasi.

Namun pihak pemerintah China mengatakan kalau pasien itu merupakan pria asal provinsi Hubei, berusia 55 tahun. Sayangnya menurut The Wall Street Journal, pemerintah China sempat melarang berbagi informasi tentang hal itu kepada publik.

Tapi bukti menunjukkan, semua itu tidak konklusif atau berkesimpulan. Identitas 'pasien nol' atau kasus manusia pertama dari virus masih belum dikonfirmasi, dan mungkin set data tidak lengkap atau belum terdokumentasi.

Sedangkan Otoritas Kesehatan Tiongkok sendiri melaporkan kasus pertama Corona kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Desember 2019. Tim peneliti kemudian menerbitkan bukti bahwa orang pertama yang dites positif menunjukkan gejala pada 8 Desember 2019, tanggal kasus pertama yang dikonfirmasi.

Berbeda halnya dengan penelitian lain yang diterbitkan The Lancet pada bulan Januari lalu. Mereka menemukan orang pertama yang dites positif terkena virus pada 1 Desember 2019. Adanya perbedaan temuan dari para peneliti, meningkatkan adanya kemungkinan tanggal infeksi masih belum jelas terbukti.

Hasil penelitian bulan lalu oleh tim peneliti penyakit menular China mengatakan, pengguna WeChat sudah saling berkirim pesan berkaitan tentang gejala Corona. Hal itu terjadi dua minggu sebelum pejabat mengonfirmasi kasus pertama COVID-19 itu. Penelitian ini memberikan dukungan bahwa temuan bahwa kasus paling awal virus Corona memang berasal pada pertengahan November.

"Temuan ini mungkin mengindikasikan bahwa virus Corona mulai beredar berminggu-minggu sebelum kasus pertama secara resmi didiagnosis dan dilaporkan," tulis Holly Secon di Business Insider.

Sudah berbulan-bulan virus ini membuat kacau banyak seluruh dunia. Maka dari itu menjadi sebuah hal penting apabila bisa mengidentifikasi pasien nol sesungguhnya.

"Kami tidak tahu siapa pasien nol pertama itu, mungkin di Wuhan, dan itu menyisakan banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana wabah itu dimulai dan bagaimana awalnya menyebar," Sarah Borwein, seorang dokter di Pusat Kesehatan Medis Pusat Hong Kong , kepada Post bulan lalu.

Bagi para ahli, menemukan pasien nol bukan hanya masalah menggali data dan melakukan penelitian. Ini juga merupakan perlombaan melawan waktu. Saat jumlah infeksi meningkat, menjadi lebih sulit untuk mengidentifikasi orang itu dan daerah-daerah yang terpapar virus paling lama.

"Kami benar-benar merasa tidak nyaman ketika kami mendiagnosis seorang pasien dengan penyakit itu dan kami tidak dapat mengetahui dari mana asalnya," kata Dale Fisher, ketua Jaringan Siaga dan Respons Wabah Global WHO.