Brilio.net - Virus corona kini makin meluas penyebarannya di seluruh penjuru dunia. Meski beberapa negara sudah melakukan lockdown dan gencar mengkampanyekan gerakan physical distancing, jumlah pasien virus corona belum menunjukkan penurunan.

Tak hanya itu, membludaknya virus corona juga menyebabkan munculnya beberapa masalah baru. Salah satunya adalah penanganan jenazah pasien corona yang tidak ditangani dengan baik. Mulai dari penolakan jenazah bahkan hingga mayat yang akhirnya dibiarkan begitu saja.

Di kota Guayaquil, Ekuador, Amerika Selatan misalnya, kini di jalanan kota tersebut sejumlah mayat digeletakkan begitu saja. Pemandangan tak biasa ini bukan tanpa sebab, Guayaquil merupakan pusat penyebaran virus corona di Amerika Latin.    

Dilansir brilio.net dari laman The Washington Post, Minggu (5/4), kota terbesar di Ekuador itu mengonfirmasi kasus virus corona pertama pada 29 Februari lalu. Saat itu pasien pertama adalah seorang wanita 71 tahun yang baru kembali dari Spanyol untuk merayakan Hari Valentine. Sejak saat itu, kasus terus bertambah hingga lebih dari 2.200 kasus.

Jumlah peningkatan kasus yang begitu cepat tidak sebanding dengan kemampuan Guayaquil untuk menanganinya. Banyak rumah sakit yang kewalahan menangani kasus virus corona. Para petugas dari pelayanan rumah mayat tidak bisa dan tidak mau mengumpulkan jenazah dari rumah duka. Hal ini memaksa anggota keluarga yang ditinggalkan untuk menaruh mayat di luar rumah.

Kondisi yang menimpa Guayaquil bisa menjadi contoh nyata bagaimana pandemi ini bisa menimbulkan masalah buruk baru jika negara berkembang tidak siap menanganinya.

"Saat ini situasinya sangat mengerikan di Guayaquil. Ada mayat bergeletakan di jalanan dan sistem kesehatan juga kacau, sehingga tidak semua orang yang memiliki gejala dapat dites atau dirawat," ujar Tati Bertolucci, direktur organisasi bantuan bencana CARE untuk Amerika Latin dan Karibia.

Para analis mengatakan, peningkatan kasus virus corona yang begitu cepat di Guayaquil juga disebabkan beberapa faktor lain. Salah satunya adalah Guayaquil sebagai kota pelabuhan internasional. Selain itu, beberapa pekerja lebih mementingkan untuk terus mendapatkan penghasilan dari pada melakukan physical distancing.

Untuk menangani masalah baru ini, truk sampah dikerahkan untuk telah menyiram jalan-jalan di kota dengan air sabun sebagai bagian dari upaya sanitasi. Wali Kota Guayaquil, Cynthia Viteri juga mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers di Facebook, bahwa kontainer pengiriman telah ditempatkan di rumah sakit untuk menyimpan mayat.

Selain itu, upaya lain untuk menangani masalah ini dilakukan operasi gabungan polisi-militer. Menurut Jorge Wated, koordinator satuan tugas pemerintah setempat, mereka telah mengumpulkan dan menguburkan sedikitnya sekitar 30 mayat per hari.    

Kondisi serupa juga dialami beberapa negara lain. Sebut saja seperti para militer Spanyol yang menemukan pasien di panti jompo yang ditinggalkan dan meninggal di tempat tidur mereka.

Di Iran, para pihak berwenang telah menggali kuburan massal untuk mengatasi menumpuknya mayat pasien virus corona. Sementara itu, tentara Italia juga telah memobilisasi untuk mengangkut mayat dari Bergamo karena krematorium di sana kewalahan.