Brilio.net - Sebelum Sir Edmund Hillary, orang pertama kali yang menginjakkan kakinya di puncak Everest pada 1953, area ini tidak disentuh oleh manusia. Namun, aksi Hillary yang kemudian diikuti banyak orang itu membuat banyak perubahan. Bahkan, hingga saat ini diperkirakan tinja manusia yang ada di puncak tertinggi di dunia tersebut mencapai sekitar 10 ton. Belum lagi, ditambah lagi kaleng-kaleng oksigen yang berserakan. Hal ini disebabkan banyaknya orang yang menapakkan kaki di sana.

Tak hanya itu, ternyata kotoran manusia ini berbahaya. Bahkan, tumpukan tinja itu bisa mengakibatkan risiko penyakit terhadap penduduk sekitar sebagaimana dikutip oleh brilio.net dari Science Alert, Kamis (28/4).

Kok bisa terjadi? Alasan terbesarnya ternyata banyak orang saat mendaki Everest membuat toilet darurat. Artinya mereka hanya menggali lapisan es untuk membuang hajat. Kemudian, mereka menutupi lubang tersebut setelah selesai dengan es. Karena banyaknya lubang berisi tinja, hal ini bisa membahayakan air yang dikonsumsi penduduk.

Gambaran di atas memang sulit untuk dipahami. Tetapi, di bawah lapisan es ini, ternyata ada semacam tong sebagai sumber air bagi penduduk di sekitarnya. Jika sudah tercemari tinja, maka penduduk bisa terkena penyakit. Hal ini terjadi karena tinja tersebut tidak hancur akibat suhu yang begitu dingin. Untuk menyelesaikan masalah ini, para ahli sedang mengembangkan teknologi biogas dengan mengubah tinja tersebut menjadi energi.