Brilio.net - Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT), transportasi terbaru di Jakarta ini makin digemari masyarakat. Terbukti, semakin banyak warga yang memanfaatkan MRT untuk kelancaran beraktivitas.

Maklum, moda transportasi ini mampu mengantarkan penumpang dari Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI) ke Lebak Bulus hanya dalam waktu 30 menit dengan melewati 13 stasiun. Jarak antar stasiun bisa ditempuh rata-rata dalam waktu dua menit. 

Nggak heran jika MRT dinilai sebagai salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan di Jakarta yang semakin masif. Tentu saja, dengan membayar tarif yang lebih mahal dibanding moda transportasi lain, masyarakat ingin mendapatkan fasilitas layanan yang prima, termasuk sinyal data internet dan telekomunikasi lewat selular.

Smartfren MRT © 2019 brilio.net Vice President Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo (kiri) dan Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim.

Hanya saja, dari 13 stasiun yang ada, enam diantaranya berada di bawah tanah. Sementara tujuh sisanya stasiun layang. Untuk stasiun layang jelas nggak ada persoalan. Lantas bagaimana dengan stasiun bawah tanah? Seringkali sinyal operator selular "megap-megap" atau bahkan mati di area bawah permukaan tanah ini.  

Artinya, jika ada enam stasiun bawah tanah dan rata-rata antarstasiun ditempuh dalam waktu dua menit, berarti ada waktu sekitar 12 menit penumpang bakal mati gaya karena menjadi "fakir sinyal." 

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Smartfren, salah satu operator selular melakukan uji coba kekuatan sinyal di dalam MRT, Selasa (9/4). Brilio.net pun berkesempatan mengikuti uji coba yang dimulai dari Stasiun HI hingga Lebak Bulus bersama beberapa jajaran direksi Smartfren.

Nah berikut tiga alasan mengapa kecepatan sinyal Smartfren, satu satunya operator telekomunikasi di Indonesia yang beroperasi penuh di jaringan 4G LTE ini ngebut di MRT meski di bawah tanah. 

1. Supaya gaya hidup digital masyarakat nggak terganggu

Smartfren MRT © 2019 brilio.net Pengguna tetap bisa memanfaatkan layanan jaringan telekomunikasi di dalam MRT meski berada di bawah tanah.

Uji coba ini untuk memastikan agar gaya hidup digital masyarakat tidak terganggu. Sekaligus tetap memberikan kenyamanan pada pengguna MRT, khususnya anak-anak muda yang bakal “ribut” jika jaringan selular mereka mati. Terpenting, uji coba ini sebagai bentuk kepedulian Smartfren pada fasilitas layanan publik.

Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys mengatakan, kehadiran Smartfren di jalur MRT adalah bentuk layanan unlimited (tidak terbatas) yang dihadirkan Smartfren. Dari sisi pelayanan jaringan, Smartfren selalu berusaha menghadirkan unlimited connection bagi para pelanggannya, tidak terkecuali di sepanjang jalur MRT.

“Dengan hadirnya layanan Smartfren, kami yakin dapat memberikan kenyamanan lebih pada para pelanggan selama berada di perjalanan. Misalnya mereka dapat bermain game dengan lancar, streaming video tanpa lagging, hingga browsing, bersosial media, dan berkirim pesan melalui sosial messenger, hingga mempersiapkan untuk memesan sarana transportasi online sebelum mereka sampai di stasiun tujuan. Mudah-mudahan, dengan hadirnya layanan Smartfren di sepanjang jalur MRT ini dapat memberikan manfaat bagi para pengguna MRT,” ujar Merza.

2. Kecepatan jaringan datanya oke lho

Smartfren MRT © 2019 brilio.net Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim bermain game di dalam MRT.

Selama uji coba di sepanjang terowongan bawah tanah mulai dari Stasiun HI hingga Senayan, terpantau kecepatan unduh mencapai 63,72 Mbps dan unggah 4,88 Mbps dengan latensi yang didapat sebesar 25 ms. Namun untuk beberapa titik, salah satunya di Stasiun Dukuh Atas sinyal sempat hilang. Bisa dibilang area itu merupakan blank spot.

Nah selama dalam perjalanan, Deputy CEO Smartfren, Djoko Tata Ibrahim mengajak beberapa penumpang menikmati layanan Smartfren. Bahkan sejumlah anak diajak bermain game dengan kekuatan sinyal yang anti lemot. Sekadar informasi, kini pengguna Smartfren di Jakarta mencapai angka sekitar 5 juta dari total pengguna di Indonesia sekitar 15 juta. Smartfren mentargetkan akhir tahun untuk menambah pengguna hingga 25 sampai 30 juta.

“Smartfren juga telah hadir di MRT. Diantara berbagai operator, kami ingin menjadi pionir, demi kenyamanan seluruh pelanggan kita. Seluruh masyarakat bisa menikmati layanan telekomunikasi walaupun di MRT. Apalagi kita tahu saat ini MRT menjadi perhatian masyarakat Indonesia dan warga Jakarta khususnya,” kata Djoko.

3. Memanfaatkan teknologi leaky cable

Smartfren MRT © 2019 brilio.net Hasil uji coba kecepatan Smartfren menggunakan aplikasi di dalam MRT.

Untuk memberikan layanan telekomunikasi yang optimal, Smartfren masih tetap mengandalkan teknologi 4G LTE Advanced. Namu untuk di jalur bawah tanah MRT, operator selular ini menggunakan sistem leaky cable, teknologi pengantar sinyal terbaru.  

Leaky cable sebenarnya berfungsi sebagai antena yang dipasang sepanjang jalur MRT. Namun teknologi ini tidak seperti antena biasa. Pada kabel yang terbentang itu terdapat lubang kecil yang bisa memancarkan sinyal. Untuk memanfaatkan jaringan kabel ini, Smartfren bekerja sama dengan penyedia jaringan telekomunikasi untuk MRT Jakarta, yaitu Tower Bersama Group.

“Sinyal ini dipancarkan melalui leaky cable yang dipasang mitra kami. Tugas kami hanya menyuntikkan sinyalnya. Istilahnya selang dipasang, Smartfren tinggal pasang pompanya yaitu Base Transceiver Station (BTS),” terang Vice President Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo seraya menjelaskan pihaknya telah memasang BTS di empat titik stasiun di mana satu titik mampu melayani hingga 2000 orang.