Brilio.net - Di balik sebuah film yang keren, terdapat peran sutradara yang perannya tak bisa dipandang sebelah mata. Perannya tidak hanya dibutuhkan pada saat proses produksi. Melainkan dimulai sejak fase pra produksi, seperti pemilihan pemain, hingga fase pasca produksi, dari mulai editing, color grading, hingga pemberian efek visual jika diperlukan.

Meski industri perfilman di Indonesia sendiri belum memiliki nama sebesar Hollywood, bukan berarti kualitas film-film Tanah Air tidak layak diperhitungkan lho. Banyak kok sutradara Indonesia, tidak terkecuali sutradara perempuan, yang piawai dan berprestasi dalam membuat film.

Tak tanggung-tanggung, sebagian film besutan sutradara perempuan tersebut bahkan berhasil mendapatkan penghargaan di ajang kompetisi internasional, seperti Festival Film Internasional Berlin. Keren kan?

Nah, siapa saja sih sutradara perempuan berprestasi ini? Berikut telah brilio.net rangkum 5 sutradara perempuan yang karyanya go internasional, dilansir brilio.net dari berbagai sumber, Sabtu (16/6). Yuk, simak!

1. Kamila Andini.

sutradara perempuan terbaik © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@kamilandini

Peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya memang benar adanya. Seperti sang ayah, Garin Nugroho, perempuan kelahiran tahun 1986 ini memilih berkarier di dunia perfilman. Istri dari Ifa Isfansyah ini adalah salah satu sutradara terbaik di Indonesia. Salah satu karyanya, The Mirror Never Lies (2011) mendapat perhargaan di ajang Mumbai Film Festival dan Asia Pacific Screen Awards. Selain itu, film garapannya yang berjudul 'The Seen and Unseen' juga mendapatkan penghargaan di kategori Generation Kplus International Jury pada Festival Film Internasional Berlin.

2. Livi Zheng.

sutradara perempuan terbaik © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@livizheng

Livi Zheng mengawali kariernya sebagai stuntwoman di usia 15 tahun. Perempuan kelahiran Blitar, 29 tahun silam ini juga pernah bermain di sebuah serial televisi yang berjudul Laksamana Cheng Ho (2008). Dirinya pernah memproduseri 4 film. 2 di antaranya ia sutradarai sendiri, salah satunya adalah 'Brush with Danger'. Film yang pengambilan gambaranya diselesaikan dalam waktu 27 hari tersebut, telah ditayangkan di Amerika Serikat pada September 2014 silam.

3. Mouly Surya.

sutradara perempuan terbaik © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@moulysurya

Selain menjadi penulis skenario, Nursita Mouly Surya atau yang lebih dikenal dengan nama Mouly Surya adalah seorang sutradara. Penghargaan yang pernah didapatnya tak hanya dari dalam negeri saja, seperti Festival Film Indonesia. Karya-karya Mouly juga mendapatkan banyak penghargaan di kancah internasional. Dua karya di antaranya adalah 'What They Don't Talk About When They Talk About Love' yang berhasil menyabet gelar musik terbaik di Asia Pacific Film Festival 2013 dan sutradara baru terbaik di Las Palmas Film Festival di Spanyol serta 'Marlina Si Pembunuh Empat Babak' yang mana berhasil meraih penghargaan di Tokyo Filmex International Film Festival.

4. Lola Amaria.

sutradara perempuan terbaik © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@lola.amaria

Lola mengawali kariernya sebagai bintang iklan setelah menjuarai kompetisi model Wajah Femina tahun 1997. Setelahnya, ia pun melebarkan sayapnya ke dunia sinetron dan film. Tak puas hanya dengan menjadi aktris, Lola pun menantang dirinya untuk menjadi sutradara. Film garapannya yang berjudul 'Betina' pernah diputar di Festival Film Internasional Singapura Ke-20. Tak hanya itu, film 'Jingga' yang disutradarainya pun mendapat sambutan hangat saat diputar di Jerman dan Italia.

5. Nia Dinata.

sutradara perempuan terbaik © 2018 brilio.net

foto: Instagram/@ibunia

Karier sutradara dari cucu pahlawan nasional Otto Iskandardinata ini berangkat dari pembuatan klip video. Sementara itu, film pertama yang disutradarainya adalah 'Ca Bau Kan'. Film yang dirilis pada tahun 2002 tersebut diangkat dari sebuah novel karya Remy Sylado dengan judul yang sama. Di tahun 2006, Ibu Nia, sapaan akrabnya, membuat film dengan judul 'Berbagi Suami'. Film tersebut berhasil menyabet penghargaan di Hawaii International Film Festival pada tahun 2006 dan Brussel International Independent Film Festival di tahun 2007.